Berita Pendidikan
Wawa Arjaya Lulus Doktor Ilmu Ekonomi di Unud dengan IPK 4,0, Studi S3 Ditempuh 2 Tahun 7 Bulan
Wawa menjadi lulusan terbaik dari Program Doktor Ilmu Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana (Unud).
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Usia bukanlah halangan bagi seseorang untuk berhenti melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
Bahkan beberapa orang yang sudah tergolong berusia pun tetap dapat melanjutkan pendidikannya.
Salah satunya adalah, Dr. Putu Eka Juliana Jaya, S.E., M.Si atau yang akrab disapa dengan Wawa Arjaya.
Istri dari Ketua Komisi I DPRD Bali Periode 2004 hingga 2014 ini bahkan berhasil menamatkan pendidikan doktor nya dalam waktu dua tahun tujuh bulan dan mendapatkan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) dengan kategori Cumlaude yakni 4,0.
Baca juga: Memperingati Hari Pendidikan Nasional,Ratusan Personel Gabungan Siaga Amankan Aksi di Puputan Badung
Dengan IPK yang sangat tinggi tersebut, tak heran membuat Wawa menjadi lulusan terbaik dari Program Doktor Ilmu Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana (Unud).
Ketika dikonfirmasi, ibu dari empat anak ini mengatakan tidak ada sebuah pencapaian tanpa usaha.
"Tidak ada hasil yang tanpa upaya, jadi memang saya dari semester satu sudah melakukan pemetaan dan dari semester dua hingga enam sudah menargetkan sesuatu. Jadi kita harus tau apa target berikutnya lalu kita rencanakan dari awal. Dan apa yang dibimbing dan disarankan oleh promotor, dosen penguji masukan-masukannya itu kita perhatikan kita ikuti," ungkapnya pada, Minggu (2 Mei 2021).
Mengambil jurusan Ilmu Ekonomi, Wawa mengatakan ia termasuk mahasiswa yang lulus tercepat dengan nilai tinggi.
Bahkan selama mengenyam pendidikan itu, semua nilai yang ia peroleh adalah A atau yang artinya sangat baik.
"Kalau Ibu di bagian Ilmu Ekonomi, kalau dulu namanya Ekonomi Pembangunan. Sekarang sudah menjadi nama Ilmu Ekonomi. S3 saya dua tahun tujuh bulan saya lulus tercepat dengan nilai tertinggi, semua nilai A, lulusnya cepat. Jadi enam semester. Maka dari itu harus punya jaringan untuk network, komunikasi dan berdiskusi. Memang harus proaktif untuk menambahkan informasi. Intinya memperkaya Disertasi dengan beberapa informasi," paparnya.
Sebelumnya, untuk Disertasinya perempuan yang juga berprofesi sebagai guru di SMPN 1 Denpasar ini menggunakan judul Determinan Kinerja Produk dan Daya Saing pelaku IKM di Kota Denpasar.
Perjalanan jenjang pendidikannya pun memang selalu linier dengan ekonomi.
Ketika mengenyam pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, Wawa bersekolah di SDK dan SMPK Swastiastu (sekarang, Santo Yoseph) dan melanjutkan SMA di SMAN 3 Denpasar. Dan pendidikan S1 nya ia tamatkan di Universitas Surabaya.
"S1 mengambil marketing management di Universitas Surabaya, lalu S2 dan S3 kembali di Bali, yaitu di Universitas Udayana. Jadi saya selama S1 hingga S3 mengambil linier ekonomi pertama jurusan manajemen, kedua ekonomi pembangunan, dan ketiga ini jurusan ilmu ekonomi," terang, perempuan yang berumur 50 tahun ini.
Baca juga: Sosok dan Profil Ki Hadjar Dewantara, Sejarah Hari Pendidikan Nasional dan Ucapan Hardiknas 2021
Dan alasannya melanjutkan pendidikan hingga S3 adalah, untuk memenuhi rasa ingin tahunya dan ia merasa sebagai insan pembelajar sepanjang hayat.
Ia pun berharap kedepannya dapat mengimplementasikan, melaksanakan, serta mengamalkan ilmu yang ia peroleh untuk kepentingan kemajuan pendidikan.
"Dan kedepan saya tetap sebagai insan pelajar sepanjang hayat jadi saya akan selalu mengisi diri karena ilmu pengetahuan berkembang. Jadi kita tidak boleh berpuas diri dengan begini saja. Jadi ilmu pengetahuan selalu berkembang, dan kita sibuk berpuas diri karena itu akan membuat kita ketinggalan jaman," imbuhnya.
Dalam penyusunan Disertasinya, wanita asal Tampak Gangsul, Denpasar ini mengakui adanya hambatan.
Beberapa hambatannya adalah seperti kesulitan menemukan data, data yang tidak sinkron serta ketika melakukan pengolahan data.
Selain itu juga harus turun ke lapangan langsung untuk melakukan sesi wawancara sedalam-dalamnya dengan responden IKM diseluruh Kota Denpasar.
"Kalau dibilang kesulitan ya pasti ada, namun itu adalah kepuasan atau kenikmatan. Kita jadi bertambah teman juga. Namun kesulitannya dapat dikatakan masih dalam batas yang wajar dan harus kita taklukkan itu semua," tutupnya. (*)
Artikel lainnya di Berita Pendidikan