Idul Fitri di Bali
Rindu Bagus pada Keluarga di Kampung - Begini Sejarah Mudik di Indonesia, Ada Sejak Zaman Majapahit
Rindu Bagus pada Keluarga di Kampung, Begini Sejarah Mudik di Indonesia, Ada Sejak Zaman Majapahit
Penulis: Putu Supartika | Editor: Widyartha Suryawan
"Kami sudah menyiapkan ratusan panitia untuk melakukan pengaturan dan pengawasan selama pelaksanaan salat id," katanya.
Pihaknya pun bersyukur dikarenakan saat pelaksanaan Idul Fitri tahun ini bisa digelar salad id di masjid.
"Tahun lalu tidak bisa, tapi tahun ini bisa sehingga bisa mengobati kerinduan masyarakat untuk salat di luar rumah saat Idul Fitri," katanya.
Sementara itu, dikarenakan kapasitas tempat salat sudah penuh beberapa jemaah pun diminta mencari tempat lain untuk melakukan salat id.
Selain melaksanakan salat di jalan, beberapa jemaah juga menggelar salat di gang sisi selatan masjid.
Pelaksanaan salat ini digelar mulai pukul 07.00 Wita yang kemudian dilanjutkan dengan khotbah.
"Selesai rangkaian salat, jemaah langsung pulang dan tidak ada salam-salaman," katanya.
Asal-usul Kata Mudik
Dilansir dari Kompas.com, wikipediawan sekaligus Direktur Utama Narabahasa, Ivan Lanin, mengatakan, asal-usul kata ini sudah ada sekitar 1390.
Kata "mudik" ditemukan dalam naskah kuno berbahasa Melayu.
"Dari penelusuran di Malay Concordance Project, kata 'mudik' sudah dipakai pada naskah "Hikayat Raja Pasai" yang bertarikh sekitar 1390," kata Ivan, saat dihubungi Kompas.com, Senin (8/5/2021).

Kata "mudik" dalam naskah ini mengandung arti 'pergi ke hulu sungai'.
"Kata ini tampaknya berkaitan dengan kata "udik" (hulu sungai) yang dilawankan dengan "ilir" (hilir sungai)," jelas Ivan.
Dalam perkembangannya, kata "mudik" mengalami perubahan makna.
Pada awalnya berarti pergi ke hulu sungai, kini bermakna pergi ke kampung.
"Dari arti awal 'pergi ke hulu sungai', kata ini mengalami perubahan makna 'pergi ke kampung' karena hulu sungai (pedalaman) dianggap identik dengan kampung asal," terang Ivan.