Serba Serbi
Karma yang Baik Dalam Menjalani Kehidupan Bertujuan untuk Mencapai Moksa, Ini Penjelasan Sulinggih
"Konsep moksa dalam Panca Sradha, adalah tujuan akhir agama Hindu di Bali. Yaitu bersatunya atman dengan Tuhan," kata Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Rong telu atau kemulan, dan taksu adalah asal mula asal dari kehidupan. Leluhur dari anak dan cucu.
"Dari kita sendiri, dewa pitara yang berasal dari tempat itu. Ketika habis nyekah atau mamukur maka ngelinggihang. Roh yang sudah disucikan, diletakkan di dalamnya," jelas mantan jurnalis ini.
Yang pria diletakkan di luanan atau dihulu dan yang wanita di hilir atau teben. Hulu dan hilir ini tergantung dari masing-masing wilayah.
Apabila di Denpasar hulu di utara dan hilir di selatan. Namun di Bali Utara hulunya terletak di selatan.
"Kalau di Denpasar, utara itu disebut bapanta, selatan ibunta sedangkan di tengah-tengah raganta," sebutnya.
Oleh sebab itu, maka roh itu akan disebut dengan Dewa Hyang. Tetapi masih memiliki konsep jenis kelamin laki dan perempuan.
Namun pantang menyebutkan nama orang yang telah meninggal.
Konsep raganta di tengah adalah konsep Tuhan. Tidak laki atau perempuan, dan disebut Bhatara Hyang Guru.
Sebab itu adalah konsep menyatukan antara atman dan brahman. Konsep ini ada di dalam berbagai tattwa.
"Karena dalam ajaran Hindu kita mengenal Tuhan itu atau Brahman yang disebut dengan saguna dan nirguna Brahman," kata beliau.
Baca juga: Memahami Sancita Karmaphala, Hasil Perbuatan Dahulu Dinikmati Sekarang, Ini Penjelasan Sulinggih
Nirguna artinya Tuhan yang diam tidak kemana-mana. Sang Hyang Embang atau kosong.
Oleh sebab itu ada pula ada upacara nilapati. Nila artinya kosong, dan pati artinya tempat terhormat.
Sehingga nilapati artinya mencari tempat terhormat yang kosong. Termasuk tujuan nilapati adalah moksa.
Namun semua kembali ke karma masing-masing manusia.
Walau semua memimpikan untuk moksa. Beliau menjelaskan atman yang baru masuk, akan berada pada Atma Tattwa.