Terungkap, Darmika Aniaya Ayahnya Hingga Tewas Lantaran Sakit Hati Sering Dimarahi Saat Mabuk
Terungkap, Darmika Aniaya Ayahnya Hingga Tewas Lantaran Sakit Hati Sering Dimarahi Saat Mabuk
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Aloisius H Manggol
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Kasus penganiayaan yang menyebabkan korban meninggal dunia di Banjar Dinas Kayu Putih, Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng pada Senin sore kemarin mulai menemui titik terang.
Tersangka I Gede Darmika diduga nekat menghabisi nyawa sang ayah Wayan Purna (72) dengan menggunakan linggis hingga bagian kepalanya hancur, diduga lantaran sakit hati.
Kasubag Humas Polres Buleleng, Iptu Sumarjaya dikonfirmasi Selasa (18/5) mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap saksi dan tersangka, kasus penganiayaan ini nekat dilakukan oleh Gede Darmika lantaran sakit hati.
Baca juga: Kakak Beradik Tewas dengan Luka Tusuk di Leher, Korban Pembunuhan atau Saling Duel?
Pasalnya setiap mabuk, korban selalu memarahinya, hingga menantang untuk berkelahi.
"Hasil sementara, motifnya dilakukan karena tersangka ini sakit hati. Setiap mabuk, tersangka sering dimarahi oleh korban dan ditantang berkelahi.
Hingga puncaknya pada Senin sore kemarin. Tersangka langsung mengambil linggis dan celurit yang ada di rumahnya, lalu mendatangi rumah korban dan melakukan aksi penganiayaan itu.
Baca juga: Rekonstruksi Pembunuhan di Desa Riang Gede Tabanan Bali, Surya Brasco Tikam Korban di Adegan 9
Berdasarkan hasil penyelidikan, barang yang digunakan untuk menganiaya korban hanya sebuah linggis " ucapnya.
Disisi lain, saat ditemui di rumah duka, anak kedua korban bernama Made Darmawan menuturkan, saat peristiwa itu terjadi, ia sedang bekerja di Denpasar.
Ia kemudian dihubungi oleh sang istri yang mengabarkan jika ayahnya telah meninggal dunia, akibat dianiaya oleh kakak kandungnya sendiri.
Usai menerima telepon itu lah, Darmawan pun bergegas pulang.
Berdasarkan penuturan sang ibu, kata Darmawan, korban dan pelaku sempat melayat ke rumah tetangganya, sambil minum miras.
Setelah melayat, keduanya pulang ke rumah masing-masing.
Karena mabuk, sang ayah (korban,red) langsung tidur di balai sekepat.
Sementara kakaknya (tersangka,red) pulang dan langsung mengambil linggis yang sering ia gunakan untuk mencari bonsai.
Usai mengambil linggis, tersangka kemudian mendatangi korban, hingga sempat terjadi adu mulut.