Berita Bali
Cerita Wayan Suparta Sopir Angkot Denpasar Harus Hadapi Tantangan Zaman
Jurusan angkot yang Wayan Suparta kemudikan adalah Ubung-Sanglah, Ubung-Kreneng, dan Kreneng-Sanglah
Penulis: Harun Ar Rasyid | Editor: Wema Satya Dinata
“Dapet penumpang aja susah, ya gimana mau tetep-tetep pake trayek,” jelasnya.
Baca juga: Kisah Berdirinya KooD Denpasar, Makanan Sehat dan Murah Untuk Semua
Ia menambahkan angkot yang ia kemudikan akan mengantar kemana penumpang ingin diantar.
Dulu sebelum maraknya angkutan yang berbasis online dan angkutan umum seperti bus-bus yang beroperasi di dalam kota, Dia bisa mendapatkan penghasilan lebih dari cukup.
Bahkan sebagian penghasilan yang ia dapatkan bisa disimpan untuk keperluan-keperluan lain.
Misalnya untuk perbaikan angkot miliknya.
Hari-hari ini tidak berlangsung demikian, zaman berubah hidup makin susah.
Namun, ia menolak tuk mengeluh, ia mengatakan adanya transportasi baru yang menyaingi angkotnya merupakan hal biasa.
"ya, itu bentuk persainganlah," ujarnya.
Ia malah mendukung program pemerintah terkait transportasi umum.
“Tidak masalah itu, kan namanya persaingan,” ujarnya, pada kamis 20 Mei 2021.
Jika dari pasar Badung ke Ubung, para penumpang membayar biaya sebesar Rp 5 ribu.
Namun, para penumpang juga ada yang membayar hingga Rp 7 ribu.
Ongkos tersebut dirasa kurang oleh Wayan Suparta, namun Ia memaklumi bawa kondisi pandemi seperti ini membuat orang kesusahan.
Selain itu, ia juga paham bahwa kondisi ekonomi orang berbeda-beda.
Suparta kemudian menjelaskan masyarakat yang masih menaiki angkotnya berasal dari pedagang-pedagang yang berbelanja ke Pasar Badung dan Pasar Kumbasari.
Baca juga: Arus Balik Lebaran 2021, Disdukcapil Denpasar Gelar Sidak Kependudukan, Data 29 Penduduk Luar Bali