Berita Bali

Cerita Tukang Tato Temporer di Pantai Kuta Bali, Pendapatan Turun Drastis Selama Pandemi Covid-19

Ketut merupakan seorang tattoo artist di pantai Kuta. Namun jenis tato yang ia tawarkan ke wisatawan adalah tato temporer atau tato sementara

Penulis: Harun Ar Rasyid | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Harun Ar Rasyid
Ketut Sarman dan Buku Berisi Contoh-Contoh Tato yang Akan Ia Tawarkan ke Pengunjung Pantai Kuta, Minggu 23 Mei 2021 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Menjajakan jasa tato temporer sudah dilakoninya selama 15 tahun.

Namun ia berkata sudah datang dan berjualan di kawasan pantai Kuta sepuluh  tahun sebelumnya.

"Dulu ndak kayak gini, ini masih hutan, hotel ini baru-baru semua ini," kenangnya.

Ia mengenalkan dirinya dengan nama Ketut Sarman. Ia berusia sekitar 50 tahun.

Baca juga: Jaga Prokes di Wilayah Kuta Badung, Kapolsek Lakukan Terobosan Kreatif ke Warga

Ketut merupakan seorang tattoo artist di pantai Kuta. Namun jenis tato yang ia tawarkan ke wisatawan adalah tato temporer atau tato sementara.

Ia berasal dari Kintamani, Bangli. Namun dia tinggal di Denpasar.

Selama pandemi Covid-19 dia merasakan sekali penurunan tingkat kunjungan wisatawan. Bahkan pada awal pandemi satu tahun yang lalu, pantai Kuta bahkan ditutup untuk publik.

Hal ini membuat dirinya merasa kesusahan.

"Kadang-kadang seminggu nggak dapat, kala dapat paling satu dua orang," ujar Sarman, yang ditemui ketika menjajakan jasa tato temporary-nya pada Minggu 23 Mei 2021.

Ia menyampaikan bahwa perbedaan pendapatan sebelum dan sesudah pandemi sangat jauh.

Ia berkata dulu sebelum pandemi paling tidak dia bisa mendapatkan satu orang pengguna jasa, namun di masa pandemi seperti sekarang ini, ia mengaku bisa tidak mendapatkan pelanggan hingga seminggu lamanya.

Dia bercerita pengguna jasa tato temporer bisanya adalah wisatawan domestik  yang berasal dari luar daerah Bali. Salah satunya adalah Jakarta.

Ia membenarkan meskipun pantai Kuta sudah dibuka kembali, Ia masih merasa bahwa wisatawan yang datang masih sedikit.

"Iya, udah mulai agak normal, tapi yang datang bukan wisatawan dari luar, banyakan itu orang-orang lokal aja," ucap pria tiga anak tersebut.

Baca juga: Atensi Keramaian Wisawatan di Pantai Kuta Bali, Polisi Beri Imbauan Disiplin Protokol Kesehatan

Ia menawarkan jasa tato temporer nya dengan harga bervariasi.

 Ia mengatakan hal tersebut tergantung ukuran dan tingkat kesulitan tato.

"Bisa lima puluh ribu, bisa juga tiga puluh ribu. Tergantung ukuran tatonya," jelas tato artis tersebut.

Meskipun pantai Kuta masih terbilang sepi oleh pengunjung, Ketut Sarman mengatakan dia terus ingin bekerja agar tidak mengalami stres dan banyak pikiran.

Hal tersebut juga diakui oleh Ketut Wates, salah satu tato artis temporer di pantai Kuta.

Dia mengatakan harus tetap berjualan untuk bisa bertahan di tengah pandemi.

Jumlah tato artis temporer yang menjajakan jasanya  di Pantai Kuta sebanyak kurang lebih 50 orang.

Akibat  pandemi, sebagian ada yang beralih profesi.

Namun, Ketut Sarman dan Ketut Wates serta beberapa penjaja tato temporer di Kuta memilih untuk terus menawarkan jasa mereka kepada para wisatawan yang datang.

Yang menjadi harapan Ketut Sarman adalah agar kondisi bisa segera membaik.

Kondisi yang normal akan memudahkan dirinya dalam mencari penghasilan bagi keluarganya.(*)

Artikel lainnya di Berita Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved