Garuda Indonesia Babak Belur Dihajar Pandemi & Larangan Mudik, Asosiasi Pilot Tolak Pensiun Dini
Garuda Indonesia Babak Belur Dihajar Pandemi & Larangan Mudik, Asosiasi Pilot Tolak Pensiun Dini
"Jungkir balik pelaku industri penerbangan untuk mendapatkan pemasukan," ujar Muzaeni.
Ditambah lagi momentum mudik Idul Fitri 2021 yang kembali menghantam Garuda karena adanya larangan mudik.
Pada momentum tersebut, penerbangan di Garuda yang biasanya 120-170 per hari, turun drastis menjadi hanya 30-an penerbangan per hari.
"Bahkan satu-dua hari sebelum dan sesudah hari raya, hanya 17 penerbangan," ujar Muzaeni.
Secercah harapan muncul seusai momen lebaran. Pada 18 Mei 2021 jumlah penumpang perlahan merangkak naik. Ia pun meminta pemerintah segera turun tangan mengatasi persoalan pelik di Garuda.
"Kiranya pemerintah secepatnya turun tangan untuk membantu penyelesaian permasalahan Garuda Indonesia. Agar bisa melewati masa yang sangat sulit ini, tanpa mengurangi karyawannya. Inshaa Allah akan menjadi lebih baik lagi," ujarnya.
Terkait isu pensiun dini para karyawan Garuda, Muzaeni mengatakan bahwa pihaknya menolak adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak.
Sebab, hal itu akan melanggar perjanjian kerja bersama yang berpotensi mendatangkan konflik hukum, baik perdata maupun pidana.
Dirut Garuda, Irfan Setiaputra yang dikonfirmasi mengenai isu pensiun dini tersebut menegaskan, program pensiun dipercepat ini ditawarkan secara sukarela terhadap karyawan yang telah memenuhi kriteria.
Kebijakan ini menjadi penawaran terbaik yang dapat manajemen GIAA upayakan terhadap karyawan di tengah situasi pandemi, yang mengedepankan kepentingan bersama seluruh pihak baik karyawan maupun Garuda.
"Ini merupakan langkah berat yang harus ditempuh perusahaan.
Namun opsi ini harus kami ambil untuk bertahan di tengah ketidakpastian situasi pemulihan kinerja industri penerbangan yang belum menunjukkan titik terangnya di masa pandemi Covid-19 ini," tutup Irfan.
Utang Sentuh Rp 70 Triliun
MASKAPAI penerbangan pelat merah Garuda Indonesia kini tengah mengalami kondisi keuangan yang tidak sehat.
Seperti dilansir Bloomberg, Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan, Garuda memiliki utang sekitar Rp 70 triliun atau setara 4,9 miliar dolar AS.
Angka tersebut meningkat sekitar Rp 1 triliun setiap bulan karena terus menunda pembayaran kepada pemasok. Perusahaan memiliki arus kas negatif dan utang minus Rp 41 triliun.