Berita Badung

Jerit Kusir Dokar Wisata di Pantai Kuta Bali, Pandemi Jadi Titik Nadir Mencari Pundi-pundi

Mahsun adalah satu dari sekitar 6 kusir dokar yang biasanya mangkal di Pantai Kuta.,Dia biasa ditemui persis di areal parkir motor di pantai Kuta.

Penulis: Harun Ar Rasyid | Editor: Noviana Windri
Tribun Bali/Harun Ar Rasyid
Penumpang pertama dokar wisata milik Pak Mahsun di Pantai Kuta Bali Minggu 23 Mei 2021 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - "Hello Mister, how are you?" Ucap Mahsun kepada salah seorang bule yang lewat di dekat dokarnya.

Ditanya mengenai kefasihannya bertutur dalam bahasa Ratu Elizabeth tersebut ia menjawab, "cuma bisa halo-halo aja kayak tadi," jawabnya sambil tertawa.

Mahsun adalah satu dari sekitar 6 kusir dokar yang biasanya mangkal di Pantai Kuta.

Dia biasa ditemui persis di areal parkir sepeda motor di pantai Kuta.

Namun, hari minggu 23 Mei 2021, tidak terlihat dokar lain selain milik pria yang akrab disapa pak Mahsun itu.

Nikmati Sensasi Naik Dokar di Tengah Keramaian Kawasan Pantai Kuta

Asyiknya Ngabuburit dengan Tour Dokar Denpasar Heritage, Bisa Naik Dokar Gratis

Sejurus kemudian, seorang perempuan dan cucunya mendekati pak Mahsun dan bertanya berapa tarif untuk naik dokar berkeliling di kawasan pantai Kuta.

Beberapa menit mereka melakukan aksi tawar menawar, titik tengah harga disepakati. 

Pak Mahsun pun mengantar dua orang tersebut menikmati kawasan Pantai Kuta dengan dokarnya.

Seusai mengantar tamunya tadi, pak Mahsun kemudian bercerita mengenai profesinya tersebut.

"Ya garus itu tadi, tamu pertama," ungkapnya.

Waktu sudah menunjukan sekitar pukul 12.30 Wita.

Penumpang tadi memang menjadi penumpang pertama pak Mahsun untuk hari ini. 

Pak Mahsun merupakan warga asli Kepaon, Denpasar.

Dia mengaku sudah menjadi kusir Dokar selama 30 tahun.

Selama 30 tahun pengalamannya menjadi kusir Dokar, Pandemi Covid-19 menjadi titik nadir baginya dalam mencari pundi-pundi rupiah bagi keluarganya.

Sempat Dihentikan Karena Covid-19, Program Dokar Gratis di Denpasar Akan Dilanjutkan 3 Oktober 2020

Ia mengisahkan di masa pandemi seperti hari ini, dalam seminggu atau dua minggu ia hanya dapat tiga sampai empat penumpang.

Hal ini tentu imbas dari masih sedikitnya tingkat kunjungan wisatawan ke Bali.

Hal ini sangat jauh berbeda dengan kondisi normal sebelum pandemi.

"Sepi sekali, nggak ada orang, seminggu atau dua minggu paling dapet sekali dua kali. Ada teman sampai 15 hari juga belum dapat. Kalau dulu itu tiap hari dapat saja satu atau dua," ungkapnya.

Ia menyampaikan meskipun jarang mendapatkan penumpang, ia lebih memilih untuk tetap keluar dan mencoba mangkal di setiap hari di Pantai Kuta.

Selain untuk terus berharap ada yang menaiki dokarnya, ia juga tidak tahan mendengar ringkikan kudanya jika tidak ada aktivitas.

Bahkan beberapa bulan lalu ketika akses pantai Kuta ditutup untuk publik Ia mengatakan hal tersebut sangat berdampak pada dirinya.

Selama penutupan itu, Ia tidak melakukan aktivitas apa-apa.

"Kalau tidak dapat bantuan-bantuan sembako itu, bisa-bisa kelaparan," cerita pria itu sambil menghisap rokok di tangannya. 

Ia menghitung biaya hidup keluarga beserta kudanya bisa mencapai sekitar 4 juta rupiah per bulan. Kondisi pandemi seperti ini membuat dia sangat terbebani. 

"Kalau dihitung, sebulan bisa 4 juta biaya hidup sama kuda, trus ndak ada kerjaan, itu bagaimana coba?" keluh pria 4 anak tersebut.

Jika benar-benar tidak ada biaya untuk membeli pakan kuda.

Dia akan pergi langsung untuk mengarit rumput untuk pakan kudanya.

"Di Denpasar masih ada buat ngarit rumput, tapi jauh-jauh, harus pakai sepeda motor," jelasnya.

45 Tahun Menjadi Kusir Dokar, Ketut Nedeng Tetap Setia meski Hasil Tak Menentu

Bentuk Rasa Hormat Kepada Sejarah, Golkar Serahkan Ratusan Paket Sembako ke Kusir Dokar Denpasar

Lebih lanjut, ia berharap kondisi bisa segera normal kembali. 

"Ya semoga bisa normal kembali lah, kondisi normal saja biar ndak sepi dan bisa lebih banyak calon penumpangnya" harapnya.

Kusir Dokar Wisata seperti pak Mahsun mungkin merupakan satu dari sekian banyak jeritan-jeritan yang tidak terlalu terdengar di tengah badai pandemi yang belum berlalu.

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved