Penemuan Mayat di Denpasar
Tim KIPI Denpasar Selidiki, Terkait Abdul yang Meninggal Diduga Setelah Vaksin Covid-19
Tim KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) Kota Denpasar adakan penyelidikan terkait ditemukannya jenazah diduga terkena KIPI atas nama Muhammad Abdul
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tim KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) Kota Denpasar adakan penyelidikan terkait ditemukannya jenazah diduga terkena KIPI atas nama Muhammad Abdul Malanua di Jalan Pulau Sebatik, Dauh Puri Kelod, Denpasar, Bali.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dr Ni Luh Sri Armini mengatakan, Tim KIPI Kota Denpasar sudah turun ke lokasi langsung.
"Kita sudah turun ke lapangan mulai kemarin sore sampai tadi pagi. Untuk mengetahui kronologis serta batch vaksin dalam kasus ini," katanya, Selasa 25 Mei 2021.
Dia mengatakan, memang segala sesuatu yang terjadi 1 sampai 30 hari setelah vaksin merupakan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi), baik yang bersifat ringan hingga sedang.
"Kalau ada yang seperti itu misalkan ada keluhan yang ringan, seperti bengkak ada terasa kemeng di tangannya atau ada keluhan lain sudah disediakan contact person yang harus dihubungi, dan ada di kartu vaksinasi," tambahnya.
Dokter Armini mengatakan, jika contact person sudah dihubungi harus ditindaklanjuti.
Sementara untuk kasus ini, kata dr Armini, memang Abdul tidak ada menghubungi petugas.
Sementara untuk vakin AstraZeneca batch berapa yang digunakan untuk menyuntikkan korban, ia mengakui belum mengetahui secara pasti.
Ia juga memastikan tidak ada batch yang ditarik pemerintah, yang beredar di Bali, khususnya di kota Denpasar.
Dan mengenai tidak dilakukannya autopsi terhadap jenazah, dr Armini mengatakan ia tidak berwenang untuk soal tersebut.
"Saya tidak tahu ya kenapa tidak diautopsi karena itu bukan kewenangan saya untuk menjawab. Sebelum vaksin Covid-19 kan ada screening kesehatan. Sudah dicek apakah dia ada hipertensi, diabetes, gagal jantung, vertigo. Semua dicek dan sudah tentu ketika divaksin sudah memenuhi syarat. Dan waktu itu yang bersangkutan memenuhi syarat waktu itu tensinya di bawah 180 dan untuk suhu tubuh juga sudah memenuhi persyaratan," paparnya.
Hingga saat ini, pihaknya masih menunggu petugas yang sedang melakukan penyelidikan di lapangan. Dan petugas-petugas tersebut terdiri dari Komda KIPI dan juga beberapa tim ahli.
"Kalau data yang didapatkan sudah lengkap baru ke Komnas. Makanya saya tahu dia sudah terskrining karena sudah saya tanyakan ke petugasnya. Kan tensinya diperiksa. Mana bisa dia tidak jujur. Artinya secara SOP korban sudah memenuhi syarat untuk divaksin," katanya.
Seperti diberitakan, Muhammad Abdul Malanua (42) yang tinggal di Jalan Pulau Sebatik, Dusun Batu Bintang, Dauh Puri Kelod, Denpasar ditemukan meninggal dunia di kamar kosnya itu, Senin 24 Mei 2021 pagi.
Kematian warga Gorontalo itu meninggalkan misteri karena adanya informasi bahwa Abdul meninggal diduga karena baru selesai divaksin Covid-19 di Dusun Bumi Banten, Desa Dauh Puri Kelod, Sabtu 22 Mei 2021 lalu.
Artinya, Abdul diduga meninggal sebagai korban KIPI.
Ketika dikonfirmasi, Komda KIPI Kota Denpasar, dr Kadek Suarca mengatakan, hingga saat ini pihaknya masih melakukan investasi.
"Masih diinvestigasi dulu oleh tim," ungkapnya, Selasa.
Ia juga berharap semoga hasil dari penyelidikan terkait kasus KIPI ini bisa secepatnya segera terungkap.
"Diharapkan secepatnya khan harus dibahas oleh para expert di Komda dan Komnas," lanjutnya.
Dokter Suarca mengatakan, nantinya yang akan mengumumkan hasil penyelidikan KIPI di Provinsi Bali adalah Komnas KIPI.
Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi Bali Gede Pramana, dalam siaran persnya, Selasa 25 Mei 2021, meminta media lebih cermat menyajikan pemberitaan terkait vaksin di tengah masyarakat.
Pemerintah beserta stake holder terkait, lanjut Pramana, terus berupaya keras mengupayakan ketersediaan vaksin yang aman di tengah masyarakat sebagai salah satu cara untuk keluar dari pandemi disamping penerapan prokes yang ketat.
Dengan adanya pemberitaan negatif terkait vaksin tanpa didukung dengan data serta dari sumber yang akurat dapat menimbulkan keresahan di masyarakat.
“Sangat disayangkan banyak sekali pemberitaan yang mengatakan bahwa ada korban meninggal akibat vaksin. Padahal belum ada penjelasan resmi dari pihak yang berkompeten tentang itu, namun sudah diberitakan orang tersebut meninggal karena vaksin. Untuk itu saya meminta agar awak media lebih cermat dalam pemberitaan dan membantu mengedukasi masyarakat melalui berita yang berasal dari sumber dan data yang dapat dipercaya, “ imbuhnya.
Gede Pramana meminta masyarakat agar selalu mencari informasi, baik itu terkait Covid-19 maupun vaksinasi dari situs-situs resmi yang disediakan pemerintah sehingga informasi yang didapatkan akurat dan dapat dipertangungjawabkan.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Ketut Suarjaya juga sangat menyayangkan beredarnya pemberitaan yang mengatakan ada korban meninggal akibat vaksin Covid-19 tanpa berdasarkan data ataupun informasi yang akurat.
Kadiskes merilis hasil autopsi verbal kronologis meninggalnya Abdullah yang diberitakan meninggal setelah mendapatkan vaksinasi.
Ketut Suarjaya mengatakan, korban sudah sakit kurang lebih dari seminggu yang lalu dan hanya istirahat di kamar, jarang keluar apalagi bekerja.
Sakit yang dikeluhkan adalah sakit kepala yang terus-menerus bahkan kadang kadang almarhum sampai muntah-muntah, dan keringat dingin.
Almarhum juga dikatakan memang memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi, diabetes dan kolestrol.
Pada saat Abdul ikut vaksin, semua proses screening dan lain sebagainya sudah dilakukan dan kondisi beliau saat itu memungkinkan untuk mendapatkan vaksin.
Kemudian dua hari setelah vaksinasi, Abdul ditemukan meninggal.
“Kita tidak bisa menyimpulkan kalau beliau meninggal karena vaksin. Setelah vaksin ada observasi dan beliau baik-baik saja. Jadi jangan sedikit-sedikit ada orang meninggal dikaitkan dengan Covid atau ada yang meninggal setelah beberapa harinya mendapatkan vaksin dikaitkan meninggal karena vaksin. Mari kita cari dulu data yang akurat dari orang yang kompeten sebelum kita memberitakan ke tengah masyarakat. Dengan demikian informasi tidak bias dan timbul rasa khawatir dari masyarakat untuk vaksin,“ tuturnya. (*).
Kumpulan Artikel Denpasar