Hari Raya Waisak
Khema Rindu Rayakan Waisak Bersama Keluarga di Vihara Buddha Sakyamuni Denpasar
Khema Suri Febriyanti (23) merupakan salah satu dari 60 umat Budha yang bisa merayakan hari Tri Suci Waisak di Vihara Buddha Sakyamuni
Penulis: Putu Supartika | Editor: Noviana Windri
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Khema Suri Febriyanti (23) merupakan salah satu dari 60 umat Budha yang bisa merayakan hari Tri Suci Waisak di Vihara Buddha Sakyamuni Jalan Gunung Agung, Denpasar.
Ia yang merupakan anggota Pemuda Theravada Indonesia ini datang tak bersama keluarganya.
Keluarganya merayakan Waisak di rumahnya secara daring.
Dirinya pun rindu dengan perayaan Waisak bersama keluarga di Vihara.
"Tahun-tahun sebelum Covid-19 selalu ramai, bareng teman, keluarga merayakan di vihara, karena Covid-19 ini cuma bersedikit," katanya saat diwawancarai Rabu, 26 Mei 2021 sore.
• Peringatan Waisak, Bupati Banyuwangi Promosikan Batik Bermotif Filosofi Ajaran Buddha
Ia menambahkan acara tahun ini pun tak semeriah sebelum Covid-19.
"Kurang meriah, biasanya meriah banget, selain puja bakti, ada ramah tamah, nyanyi-nyanyi bareng," imbuhnya.
Ia pun berharap pandemi cepat berlalu agar Waisak kembali seperti semula.
Ketua Ketua Vihara Buddha Sakyamuni, Oscar Naib Wanouw mengatakan kegiatan Tri Suci Waisak 2565 budhis era ini dilaksanakan dengan mengikuti protokol kesehatan.
Umat yang hadir mengecek suhu, mencuci tangan dan mengenakan masker.
Acara dimulai pukul 17.30 Wita yang diawali dengan puja bakti di bawah pohon bodi.
Setelah itu dilanjutkan dengan Abayadana.
"Abayadana dilakukan dengan pelepasan burung, yang kalau tidak pandeni sebanyak 2.000 ekor burung namun sekarang hanya 30 saja," katanya.
Ia mengatakan ini merupakan simbol cinta kasih kepada semua makhluk agar berbahagia.
Setelah itu dilanjutkan dengan puja di Dhamasala menyongsong detik-detik Waisak yang jatuh pukul 19.13.30 Wita.
"Acara ini dirangkai Anusasana oleh Bhiku Sangha dan juga menghormat pada Sang Budha," imbuhnya.
Kegiatan persembahyangan ini diikuti oleh 60 orang yang terdiri atas pengurus sangha, keluarga Bhudis Thervada Indonesia, majelis Budha Indonesia, forum ibu-ibu Budhis dan pemuda Theravada Indonesia patria Bali serta pengurus Vihara Buddha Sakyamuni.
Biasanya diikuti oleh 3.000 orang.
"Umat yang tidak hadir, mengikuri live di rumah dan tidak akan mengurangi manfaat pelaksanaan di rumah masing-masing," katanya. (*)