Berita Banyuwangi
Ipuk Jemput Irmawati yang Terancam Putus Sekolah, Irmawati: Senang Rasanya Akhirnya Bisa Sekolah
Nenek Supiyati tak kuasa menahan air mata haru setelah melihat langsung cucunya
"Tidak ada yang mengantar, berangkat sendiri naik sepeda," kata anak yang bercita-cita menjadi chef itu.
Baca juga: Teman Netra di Banyuwangi Kini Bisa Akses Layanan Dokumen Adminduk dengan Huruf Braille
Supiyati mengatakan, Irma adalah anak yang penuh semangat.
Selama ini dia terbiasa mandiri. Selain berangkat sekolah sendiri, dia juga membuat sarapan sendiri.
"Masakannya juga enak. Dia senang belajar masak," katanya.
Selain dibantu untuk sekolah lagi, Bupati Ipuk juga mengintruksikan kepada Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro untuk memasukkan warung Supiyati dalam progran Warung Naik Kelas (Wenak).
Warung Supiyati akan mendapat bantuan berbagai alat usaha dan pembenahan warung.
Ipuk juga meminta jajarannya untuk memfasilitasi bantuan kacamata kepada Irma, agar Irma bisa melihat lebih sempurna.
Ipuk mengatakan, PPDB tahun ini harus diikuti dengan program jemput bola kepada para pelajar kurang mampu.
Pandemi Covid-19 membuat potensi anak putus sekolah meningkat.
Meski biaya dasar sekolah sudah gratis, ada beberapa kendala yang dihadapi keluarga kurang mampu, seperti mengajak anak untuk bekerja membantu orang tua.
“Dengan jemput bola, kita cegah anak putus sekolah," kata Ipuk.
Apalagi, sambung Ipuk, PPDB sebagai sebuah sistem memang terdiri atas beberapa mekanisme.
Keluarga kurang mampu bisa jadi kesulitan mengikuti alur yang ada.
“PPDB ini sistem, di situ ada mekanisme yang harus dicermati, seperti pagu sekolah, kemudian harus buka website PPDB. Untuk buka website saja, kan keluarga kurang mampu bisa jadi kesulitan. Makanya harus jemput bola, harus kita dampingi,” ujar Ipuk.
Baca juga: Ngantor di Desa, Bupati Banyuwangi Rapat Jemput Bola Pelajar Miskin Jelang PPDB
Ipuk pun mengintruksikan jajaran Dinas Pendidikan lebih proaktif mencari anak yang berpotensi putus sekolah.