Korea Utara

Kim Jong Un Perintahkan Tangkap Burung Merpati dan Kucing karena Dianggap Membawa Covid-19

Dilaporkan, Kim Jong Un yakin burung itu membawa virus corona dari negara tetangga sekaligus sekutu utama negara itu, China.

Editor: DionDBPutra
KCNA VIA KNS / AFP
Gambar file tak bertanggal ini dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 23 Juni 2019 menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un membaca surat pribadi dari Presiden AS Donald Trump di lokasi yang tidak diketahui. 

TRIBUN-BALI.COM, PYONGYANG- Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un perintahkan rakyatnya di daerah perbatasan tangkap dan habisi burung merpati dan kucing liar karena dianggap pembawa Covid-19.

Dilaporkan, Kim Jong Un yakin burung itu membawa virus corona dari negara tetangga sekaligus sekutu utama negara itu, China.

Itulah sebabnya warga di kota perbatasan dengan China mulai menembaki udara untuk menghentikan burung itu terbang. Kucing liar juga dituduh sebagai media lain penyebaran corona.

Otoritas di Hyesan dan Sinuiju diperintahkan untuk "menangkap burung merpati maupun kucing".

Baca juga: Kim Jong Un Larang Penggunaan Obat China Setelah Pejabat Senior Korea Utara Tewas

Baca juga: Abaikan Instruksi Kim Jong Un, Pejabat yang Beli Alat Medis Murah dari China Ditembak Mati

Sebuah keluarga di Hyesan yang terdiri dari empat orang dipaksa ke kamp kerja paksa setelah ketahuan memelihara kucing.

Kepada pemerintah setempat, mereka mengaku peliharaan mereka sudah mati. Namun, kucing itu terlihat di kawat perbatasan.

Penjaga perbatasan berusaha untuk menangkapnya, namun gagal. Itulah kali terakhir mereka melihat binatang tersebut.

Dilansir The Sun Jumat 28 Mei 2021, mereka sudah memberi tahu pemerintah provinsi, sehingga dilakukan penyelidikan.

Ketika pemerintah tahu bahwa kucing itu milik keluarga tersebut, mereka langsung diborgol dan dibawa ke kamp kerja paksa.

"Mereka mendapat hukuman setidaknya selama 20 hari," ujar seorang sumber internal Korea Utara.

Larang Obat China

Sebelummya, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melarang obat-obatan buatan China di rumah sakit besar di ibu kota negara itu, setelah kematian seorang pejabat pemerintah tinggi.

Ssitus berita Daily NK yang berbasis di Korea Selatan melaporkan, pejabat tinggi yang merupakan bagian dari birokrasi ekonomi negara itu meninggal awal bulan Mei ini.

Dia menerima dosis cocarboxylase, obat produksi China, yang biasanya digunakan untuk mengobati kelelahan.

Pejabat tersebut, yang tidak disebutkan namanya, dikabarkan adalah birokrat tepercaya yang telah bekerja di sektor ekonomi negara sejak negara tersebut diperintah ayah Kim, Kim Jong Il.

Dia dirawat karena penyakit yang berhubungan dengan jantung, dan tekanan darah tinggi di Rumah Sakit Universitas Kedokteran Pyongyang. Dia meninggal di sana.

Tidak disebutkan apakah kematian pria itu akibat suntikan cocarboxylase, kata Daily NK.

Akan tetapi, Kim menjadi marah setelah mengetahui pejabat itu mungkin meninggal akibat pengobatan China, menurut outlet berita tersebut.

Pemimpin Korea Utara menanggapi dengan mengungkapkan kesedihan atas kehilangan pejabat tersebut.

Diktator Korena Utara itu kemudian memerintahkan agar produk medis China "dikeluarkan" dari semua rumah sakit besar di Pyongyang.

Larangan itu dikatakan mencakup perintah agar semua vaksin Covid-19 buatan China harus dihapus dari pengujian yang sedang berlangsung.

Sebaliknya, kata pemimpin itu, kegiatan penelitian sekarang harus fokus pada produksi vaksin virus corona negara itu sendiri. Newsweek tidak dapat secara independen menguatkan laporan Daily NK pada Jumat 21 Mei 2021 lalu.

Korea Utara telah menderita kekurangan makanan dan obat-obatan impor sejak menutup ketat perbatasannya tahun lalu karena serangan pandemi.

Meskipun Beijing secara historis menjadi mitra asing terdekat Korea Utara, perdagangan negara itu dengan China menyusut sekitar 80 persen tahun lalu, setelah negara itu menutup perbatasannya.

"Perekonomian Korea Utara berada di ambang resesi besar," kata Jiro Ishimaru, yang mengepalai situs Asia Press yang berbasis di Osaka Jepang dan mengoperasikan jaringan jurnalis warga di Korea Utara, kepada Guardian awal bulan ini.

"Banyak orang yang menderita," tambah Ishimaru. Menurutnya berdasarkan laporan yang dia terima, ada lebih banyak orang yang mengemis makanan dan uang di pasar, dan peningkatan jumlah tunawisma di negara itu.

Sementara terkait Covid-19 Korea Utara, Pyongyang berulang kali mengklaim belum ada satu pun kasus virus corona. Hal itu diklaim terjadi karena upayanya menutup perbatasan dengan cepat, melarang pariwisata, dan mengkarantina puluhan ribu orang.

Pejabat AS dan Korea Selatan telah meragukan klaim tersebut, dan memperkirakan ribuan orang di negara itu telah tertular virus.

Newsweek menghubungi Kementerian Luar Negeri China untuk mengomentari larangan obat-obatan tersebut tetapi tidak mendapat kabar tepat waktu untuk publikasi.

Berita lainnya terkait Korea Utara

Artikel ini telah tayang di Kompas.com berjudul Kim Jong Un Perangi Burung Merpati karena Dianggap Pembawa Covid-19

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved