Berita Bali
Meminta Jabatan, Ini Kisah Pura Dalem Pangembak Denpasar
Pura Dalem Pangembak, adalah satu diantara pura yang sangat populer di Bali untuk malukat.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Sungai itu tetap berisi air hingga saat ini, hanya saja ketika Purnama tiba airnya naik dan alirannya kelihatan.
Bahkan kalau saking besarnya, air sungai mengalir sampai ke desa di sebelah barat pura tersebut masuk dari hutan mangrove.
Pertemuan air sungai dan laut itulah yang menjadi campuhan, di mana dikenal sebagai air suci untuk malukat.
Terlihat dari prosesi malukat, diawali dengan berendam di air campuhan tersebut.
Dahulu sebelum dipugar, area campuhan itu tampak seperti area hutan dengan sungai yang mengalir.
Namun kini telah dipugar dan dibersihkan sehingga lebih indah layaknya kolam.
Sebelum ke area campuhan itu, pamedek yang datang menghaturkan pejati ke palinggih di sana.
Dengan ditambah bungkak nyuh gading, yang airnya nanti akan dicampur ke dalam air panglukatan.
Setelah pemangku ngastawayang banten tersebut, memohon kepada beliau yang berstana di sana.
Lalu pamedek naik dari air campuhan tersebut ke area malukat.
Pemangku dengan mantra, akan menyiramkan air yang telah dicampur ke pamedek.
Menyiramkan beberapa kali, sampai semua pamedek terkena air panglukatan.
“Di panglukatan pertama adalah memohon peleburan dari mala dan disembuhkan dari berbagai penyakit medis dan non medis. Kalau yang kedua adalah memohon jalan, agar apa yang diinginkan bisa tercapai,” sebutnya.
Baik memohon dimudahkan dalam pekerjaan, naik jabatan, meminta keturunan, serta hal lainnya.
“Bungkak nyuh gading di area pertama, dicampur dengan air dan dipasupati baru dipakai untuk malukat,” imbuhnya.