Serba Serbi

Memahami Panca Yadnya dan Tri Rna dalam Ajaran Agama Hindu

Banyak lontar yang membahas tentang Panca Yadnya. Tetapi yang dipakai acuan dasar adalah lontar Agastya Parwa.

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/AA Seri Kusniarti
ilustrasi banten. Memahami Panca Yadnya dan Tri Rna dalam Ajaran Agama Hindu 

Utang ini yang harus dibayar, agar bisa mencapai tujuan hidup sebagai umat manusia sehingga dapat mencapai 'Moksartam Jagadhita Ya Ca Iti Dharma' yang berarti dapat mencapai kebahagian atau moksa.

"Dalam pengertian bebasnya dapat mencapai kebahagian lahir dan batin, baik di atas dunia, maupun di akhirat berdasarkan ajaran kebenaran (Dharma)," jelasnya.

Telah disebutkan, bahwa yang menjadi acuan dasar ajaran Panca Yadnya adalah Lontar Agastya Parwa.

Menurut lontar ini bahwa bagian- bagian Panca Yadnya.

Pertama, Dewa Yadnya yaitu persembahan suci kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta  manifestasinya.

Hal ini sebagai wujud bersyukur dan ucapan terimakasih, karena sudah mendapat karunia atau anugerah dan berkat sehingga dapat mencapai kedamaian, kesejahteraan, dan kemakmuran dalam kehidupan.

Kedua, Rsi Yadnya yaitu persembahan suci yang ditujukan pada para rsi atau sulinggih  atau guru suci karena atas anugerah-Nya berupa ajaran- ajaran agama Hindu. Dan juga mengantarkan upacara dan upakara yadnya.

Wujud persembahan suci juga melalui Rsi Bhojana atau bisa juga berupa Rsi Daksina atas jasanya untuk membuat para umat Hindu melek ajaran kebenaran(Dharma).

Ketiga, Pitra Yadnya adalah persembahan suci yang ditujukan pada para pitra atau leluhur, bahkan mungkin juga kepada orang tua.

"Oleh karena melalui jasa para leluhur, atau orang tua kita bisa hidup sebagai pelanjut keturunannya, maka wajib sebagai pratisentananya melaksanakan persembahan suci ini sebagai wujud bersyukur dan terima kasih atas jasanya," jelasnya.

Baca juga: Makna Tilem Dalam Hindu Bali, Diyakini Sebagai Waktu yang Sakral 

Bila perlu pada saat orang tua masih hiduplah, kita sepatutnya menunjukkan rasa hormat. Sehingga orang tua merasa bangga dan bahagia, disamping memang nanti pada saat meninggal dibuatkan upacara persembahan suci dimaksud.

"Bahkan dibuatkan upacara Pitra Yadnya pengabenan sampai proses penyucian agar malinggih di Pura Paibon atau rong tiga sebagai bukti riil menghormatinya," jelasnya.

Sehingga bisa menyatu kepada Sang Pencipta, dengan ucapan suci 'Amor Ing Acintya, Swargatu, Sunyantu, Murcantu lan Moksantu'.

"Tetapi ingat tidak bisa lepas dengan karmanya pada waktu masih hidup," tegasnya.

Keempat, Manusa Yadnya yaitu persembahan suci kepada umat manusia dengan upacara- upacara mulai dalam kandungan, saat lahir, saat mulai 'menek kelih', bahkan upacara mepandes hingga pawiwahan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved