Bisnis

Terbebani Utang Jumbo, Dirut Garuda Indonesia: Opsi 2 dan 3 Jadi Pilihan Selamatkan Maskapai

Dirut Garuda Indonesia (GIAA) yakin, beban keuangan dapat diselesaikan dengan opsi pengajuan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang  alias PKPU)

Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjawab pertanyaan dalam sesi wawancara dengan Tribunnews.com di kantor Garuda Indonesia, Bandara Soekarno-Hatta, Banten, Kamis 11 Juni 2020. 

Sepanjang 2020 Garuda mengalami kerugian mencapai US$ 2,5 miliar atau setara Rp 35 triliun dengan kurs Rp 14.000 per dollar AS, seperti tercatat dalam laporan keuangan belum diaudit.

Kinerja Garuda ini terjun bebas dari laporan keuangan perusahaan yang tahun 2019 masih membukukan untung US$ 6,99 juta.

Kerugian Garuda lantaran anjloknya pendapatan sebesar 78%.

Sementara, total kewajiban atau utang Garuda sepanjang 2020 mencapai US$ 9,57 miliar atau setara Rp 134 triliun.

Ketiga, Garuda memutuskan akan menutup beberapa rute penerbangan internasional.

Juli mendatang, penerbangan menuju Melbourne dan Perth, Australia akan ditutup.

Penerbangan menuju Australia hanya akan dibuka untuk tujuan Sydney, itu pun hanya seminggu sekali.

Kempat, Garuda juga tengah mempertimbangkan penutupan destinasi Amsterdam, Kuala Lumpur, dan Seoul. Penerbangan Singapura juga akan dipangkas.

Sementara, tujuan ke Osaka, Jepang juga sudah lebih dulu ditutup.

Adapun destinasi yang masih menguntungkan adalah Bangkok, Hong Kong, serta China.(*)

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved