Berita Buleleng

Cerita Ketut Astrawan dan Anaknya yang Selamat dari Tragedi Karamnya KMP Yunicee, Ngaku Masih Trauma

Saat itu, keduanya menggantungkan hidupnya pada sebuah pelampung yang didapat dari hasil rebutan dengan penumpang lain.

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Ketut Budi Astrawan bersama anak keduanya Ni Kadek Ayu Noviantari saat menuturkan tragedi tenggelamnya KMP Yunicee, Kamis (1/7/2021) 

Selama berlayar, gelombang laut diakui Astrawan cukup besar. Hal ini lantas membuat pria yang dikaruniai dua orang anak ini mengalami mabuk laut.

Ia pun mencoba merebahkan tubuhnya pada sebuah kursi yang ada di dek kapal.

Selang beberapa menit,  para kru kapal tiba-tiba berteriak dan meminta para sopir truk untuk memindahkan kendaraannya masing-masing.

Astrawan pun kebingungan atas instruksi tersebut. Ia lantas keluar, dan melihat kapal sudah dalam keadaan miring.

Seluruh penumpang saat itu panik. Mereka rebutan pelampung yang  tersimpan di sebuah lemari.

"Semua penumpang sudah panik. Saling rebutan pelampung. Saat itu pikiran saya hanya  fokus ke anak. Bagaimana caranya biar anak saya selamat," ucapnya.

Setelah berhasil mendapatkan pelampung, Astrawan bersama anaknya bergegas melompat ke laut.

Keduanya kemudian sempat terpisah sejauh 10 meter, akibat derasnya arus. Dengan sekuat tenaga, Astrawan mencari sang anak dan merangkulnya.

Saat itu kata Astrawan, ada dua korban lainnya yang berusaha menyelamatkan diri dengan berpegangan pada bagian pundak dan lehernya.

Akibat tekanan dari dua korban lainnya itu, Astrawan mengaku sempat kesulitan bernapas. Air laut masuk ke dalam hidungnya.

Baca juga: Evakuasi Korban KMP Yunicee, Berikut Sejumlah Barang yang Ditemukan di Perairan Selat Bali

"Dua korban lainnya ini tidak pakai pelampung. Sehingga mereka memegang leher dan pundak saya. Gara-gara mereka, saya juga hampir tenggelam. Tapi akhirnya salah satu korban itu meninggal, karena tenggelam. Saat itu hanya bisa menyelamatkan diri masing-masing. Saya juga fokus menyelamatkan anak," terangnya.

Astrawan mengaku berada di dalam laut selama kurang lebih 30 menit. Suhu air saat itu sangat dingin. Bahkan di hadapannya ada sekitar tiga mayat yang mengambang.

"Saat KMP lainnya datang, saya langsung berteriak minta tolong. Saya coba berenang mendekati kapal penolong itu tapi tidak bisa, karena terbawa arus. Akhirnya mereka melemparkan tali. Tali itu langsung saya tarik, bersama anak dan satu korban yang berpegangan di pundak saya," tuturnya.

Setelah berhasil diselamatkan, Astrawan bersama anaknya langsung dievakuasi ke Pelabuhan Ketapang, untuk selanjutnya dilarikan ke RSUD Blambangan, Banyuwangi.

"Awalnya saya kira dievakuasi ke Gilimanuk. Saya sudah menelepon keluarga agar dijemput di Gilimanuk. Ternyata saya dibawa kembali ke Ketapang, karena posisi saat ditemukan dekat dengan Ketapang. Mungkin karena terbawa arus," katanya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved