Berita Bali

Apa Itu Tumpek Kandang atau Tumpek Uye? Ini Penjelasannya dalam Lontar Sundarigama

Tumpek Kandang dirayakan setiap enam bulan atau 210 hari sekali tepatnya saat Saniscara (Sabtu) Kliwon wuku Uye.

Penulis: Putu Supartika | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa
Ilustrasi - Anak orangutan, Bonbon, Cherry dan George mengikuti upacara Tumpek Kandang di Bali Safari, Sabtu (12/10/2019). 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Hari ini, Sabtu 3 Juli 2021 merupakan hari yang istimewa untuk semua hewan.

Orang Bali biasanya menggelar upacara semacam selamatan untuk hewan, khususnya hewan ternak, dan biasa kita kenal dengan Tumpek Kandang atau Tumpek Uye.

Tumpek Kandang dirayakan setiap enam bulan atau 210 hari sekali tepatnya saat Saniscara (Sabtu) Kliwon wuku Uye.

Selain itu, Tumpek Kandang ini juga disebut Tumpek Wewalungan atau Oton Wewalungan.

Baca juga: Memaknai Tumpek Krulut: Gambelan, Kasih Sayang, hingga Pemujaan Kepada Bhatara Iswara

Dalam Lontar Sundarigama disebutkan:

Uye, Saniscara Kliwon, Tumpek Kandang, pakerti ring sarwa sato, patik wenang paru hana upadanania, yan ia sapi, kebo, asti, saluwir nia sato raja.

Ini berarti pada Saniscara Uye merupakan Tumpek Kandang untuk mengupacarai semua jenis binatang baik ternak maupun binatang lainnya. Upacaranya untuk sapi, kerbau, gajah, dan binatang besar lainnya. 

Disebutkan pula kalingania iking widhana ring manusa, amarid saking Sang Hyang Rare Angon, wenang ayabin, pituhun ya ring manusa, sinukmaning sato, paksi, mina, ring raganta wawalungan, Sang Hyang Rare Angon, sariranira utama.

Upacara maupun bantennya sama seperti mengupacarai manusia karena binatang-binatang itu dijiwai oleh Sang Hyang Rare Angon.

Manusia itu adalah makhluk utamanya daripada binatang-binatang seperti, burung, ikan, dan sebagainya, demikianlah Sang Hyang Rare Angon menjadikan sarwa binatang sebagai badan utama Beliau.

Untuk upakara yang digunakan juga dijelaskan dalam Lontar Sundarigama.

Baca juga: Memaknai Tumpek Landep, Belajar dari Keteguhan Tapa Sang Arjuna di Gunung Indrakila

Widi-widanania, suci, daksina, peras, penek ajuman sodaan putih kuning, canang lenga-wangi burat wangi, penyeneng pasucian, astewakne ring sanggar, pengarcane ring sang Hyang Rare Angon.

Kunang ring sarwa pasu, patik wenang ane pengacinia, yan sopi kebo, widi-widanania, tumpeng sesayut abesik, penyeneng, reresik, jarimpen canang raka, yan bawi lua, tipat belekok, yan sarwa paksi, sato, itik, angsa, puter, titiran, saluwiring tipat sida purna, tipat bagia, tipat pandawe, dulurane penyeneng tatenus. 

Artinya: 

Banten untuk ternak jantan yaitu tumpeng, sesayut 1, panyeneng, reresik, jerimpen, canang raka, sedangkan banten untuk ternak betina sama seperti ternak jantan hanya ditambah ketipat belekok blayag, pesor dan untuk bangsa burung atau unggas yaitu ketupat kedis, ketupat sidha purna, bagia, penyeneng, tetebus kembang payas. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved