BOR di RSUD Wangaya Denpasar Capai 91.30 Persen, Dua RS Lainnya Sudah 100 Persen
Peningkatan kasus ini membuat bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit yang ada di Kota Denpasar meningkat tajam.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Peningkatan kasus positif Covid-19 di Kota Denpasar sangat signifikan belakangan ini.
Bahkan dalam sehari, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 rata-rata di atas seratus.
Peningkatan kasus ini membuat bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit yang ada di Kota Denpasar meningkat tajam.
Bahkan ada dua rumah sakit yang merawat pasien Covid-19 BOR-nya mencapai 100 persen.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Denpasar, I Dewa Gede Rai mengatakan untuk tiga rumah sakit rujukan di Kota Denpasar yakni RSDU Wangaya, RS Bali Mandara dan RSUP Sanglah juga memiliki tingkat keterisian yang tinggi.
BOR untuk RSUD Wangaya yakni 91.30 persen, dimana dari 58 bed yang tersedia kini sudah terisi sebanyak 42 bed.
Sehingga bed yang tersisa hanya 8.70 persen atau sebanyak 16 bed.
Sementara, untuk BOR RSUP Sanglah yakni 68.52 persen dari jumlah kapasitas sebanyak sebanyak 153.
Dan untuk RS Bali mandara sebanyak 81.40 persen dari kapasitas sebanyak 100 bed.
“Beberapa RS lain juga mengalami peningkatan yang tinggi. Bahkan ada yang BOR-nya sampai seratus persen,” kata Dewa Rai saat diwawancarai Selasa, 6 Juli 2021.
BOR untuk RS Udayana sebanyak 90 persen, RS Surya Husada yang memiliki 57 bed sudah mencapai 100 persen, begitu juga untuk RS Balimed dari 20 bed juga terpakai 100 persen.
Untuk BOR RS Prima Medika sebesar 85 persen, RS Bali Royal sebesar 62 persen, RS Kasih Ibu sebanyak 81 persen, RS Puri Raharja sebanyak 84 persen.
Sementara BOR di RS Dharma Yadnya sebanyak 31 persen, RS Bhakti Rahayu sebanyak 94 persen, RS Bhayangkara 51 persen, dan RS Surya Husada Ubung sebanyak 71 persen.
Jika dirata-ratakan, BOR untuk semua RS yang merawat pasien Covid-19 di Denpasar mencapai 78.30 persen.
“Oleh karena itu PPKM darurat ini merupakan upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19 dari hulu. Agar jangan sampai RS jadi kolaps,” katanya.
Selain itu, menurut Dewa Rai, tenaga medis juga sudah kelelahan melakukan penanganan.
“SDM juga terbatas, petugas atau tenaga medis sudah kelelahan. Apalagi di beberapa daerah sudah terjadi kelangkaan oksigen, sehingga ini perlu dukungan dari semua pihak,” katanya.
Menkes Minta Konversi Tempat Tidur RS di Jawa-Bali Ditingkatkan
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan perlu mempercepat konversi tempat tidur di rumah sakit.
Ia meminta pemerintah daerah di Jawa Timur, Yogyakarta, dan Bali meningkatkan konversi tempat tidur untuk merespons lonjakan kasus konfirmasi positif COVID-19.
Ada beberapa wilayah yang terjadi outbreak kedua, seperti DKI Jakarta, sudah melakukan konversi yang sangat banyak, lebih dari 50 persen sudah untuk pasien COVID-19.
Namun masih ada juga provinsi lain seperti Jawa Timur, Yogyakarta, dan Bali masih sedikit konversinya.
“Sehingga kalau kita lihat BOR (Bed Occupancy Rate) nya tinggi itu karena memang tempat tidur yang dialokasikan untuk COVID-19 masih sangat rendah,” kata Menkes Budi Gunadi di Jakarta dalam keterangannya.
Pihaknya akan memonitor segera agar pemerintah provinsi segera meningkatkan konversi tempat tidur di rumah sakit yang masih rendah.
Bagi pasien dengan gejala berat dan harus di rawat di rumah sakit, pemerintah telah mengkonversi 3 rumah sakit khusus penanganan pasien COVID-19, antara lain RS Persahabatan, RS Fatmawati, dan RSPI Sulianti Saroso dengan total kamar sekitar 1000 tempat tidur.
Sedangkan bagi pasien yang tidak harus dirawat di rumah sakit adalah pasien dengan kriteria saturasi oksigen di atas 95 persen, tidak ada sesak, dan tidak ada komorbid.
Menkes Budi Gunadi mengimbau pasien dengan kriteria tersebut untuk tidak dirawat di rumah sakit, sebab akan menghalangi orang-orang yang harusnya bisa dirawat di rumah sakit.(*)