Berita Bali
Ngaben Massal Diduga Jadi Pemicu Anjloknya Harga Bunga Pacah di Klungkung Bali
"Ya walau harganya jatuh, tetapi saya tetap petik dan jual. Buat makan sehari-hari," jelasnya, Minggu 25 Juli 2021.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Wartawan Tribun Bali Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Harga bunga pacah menurun drastis, sejak 5 bulan yang lalu.
Hal ini menyebabkan petani sangat sedih. Karena hasil panen bunga pacahnya dihargai sangat murah.
Satu diantaranya ibu Nyoman dari Desa Bumbungan, Klungkung.
Tribun Bali menghampiri dirinya saat sedang memetik bunga. Bersama anaknya ia memetik bunga pacah satu per satu.
Baca juga: Bunga dan Kuwangen dalam Sarana Persembahyangan Agama Hindu, Berikut Bunga yang Tidak Boleh Dipakai
"Ya walau harganya jatuh, tetapi saya tetap petik dan jual. Buat makan sehari-hari," jelasnya, Minggu 25 Juli 2021.
Nyoman menyebutkan harga bunga per kilo saat ini hanya Rp 4 ribu saja.
Mungkin kalau di pasar, kata dia, hanya Rp 6 ribu saja per kilo.
"Sekarang pandemi dan harga bunga jatuh, jadi saya cuma bisa berharap semoga harga kembali normal," katanya.
Biasanya harga bunga pacah di pasaran rata-rata Rp 10 ribu sampai Rp 12 ribu per kilo.
Saat itu ia bisa mengajak tukang petik lainnya, dan membagi nafkah dari hasil panen bunga pacah.
Tetapi saat ini, ia harus mencari sendiri karena tidak mampu membayar pesuruh.
"Biaya rabuk saja saya masih nalangi," sebutnya.
Ia menduga karena saat ini duwasa atau hari baik upacara ngaben, khususnya ngaben massal, menjadi penyebab turunnya harga bunga pacah di pasaran. Karena kebanyakan orang masih dalam kondisi cuntaka, dan tidak mebanten di rumahnya.
Biasanya bunga pacah digunakan sebagai bunga pada canang sari. Baik untuk mebanten di merajan atau sanggah rumah. Maupun untuk mebanten di pura.