Olimpiade Tokyo
Kisah Greysia/Apriyani Sebelum Sukses Raih Emas Olimpiade, Raket Kayu Buatan Ayah Jadi Saksi Bisu
Bersama kawan duetnya, Gresya Polii, Apriyani Rahayu tampil ganas melawan Chen/Jia Yi Fan dua set langsung dengan skor 21-19 dan 21-15.
TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Apriyani Rahayu berhasil menyumbang emas di Olimpiade Tokyo 2020.
Bersama kawan duetnya, Gresya Polii, Apriyani Rahayu tampil ganas melawan Chen/Jia Yi Fan dua set langsung dengan skor 21-19 dan 21-15.
Duet maut Apriyani Rahayu/Gresya Polii menjadi yang terkuat di perhalatan Olimpiade tahun ini.
Apriyani Rahayu merupakan atlet bulu tangkis kelahiran Lawulo, Kecamatan Anggaberi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Baca juga: Update Jadwal Final Sepak Bola Olimpiade Tokyo 2021: Brasil Vs Spanyol Duel Penentuan Medali Emas
Apriyani, si bungsu dari empat bersaudara itu, merupakan buah hati dari pasangan Ameruddin- Siti Jauhar (almarhum).
Ameruddin menceritakan, minat Apriayani dengan bulu tangkis sudah tampak sejak usianya masih tiga tahun. Ani, sapaan Apriyani, sejak masih balita senang melihat ayah dan ibunya bermain bulu tangkis di halaman rumah.
"Jadi saat pertama mencoba olahraga ini, Ani menggunakan raket yang saya buat dari kayu dengan dengan shuttlecock terbuat dari jerami," tutur Amerudin melalui telepon, Senin 2 Agustus 2021.
Dijelaskan Amerudin, saat SD, hobi anaknya berlanjut.
Ani lalu meminta orangtuanya agar dibelikan raket sesungguhnya.
Namun karena keterbatasan, Ani hanya diberi raket usang yang tali senarnya sudah pada putus.
“Masalahnya kalau tidak dikasih raket, dia menangis,” kenang Ameruddin.
Menurut dia, Ani juga sempat menggeluti Taekwondo.
Bela diri itu diajarkan oleh kakaknya yang semua laki-laki.
Bahkan dia sering berkelahi dengan laki-laki di sekolah kalau diganggu.
Kemudian Ameruddin mengarah sang putrinya itu untuk terus berlatih olahraga bulu tangkis.