Wiki Bali
Sad Kerti, Salah Satu Jalan Umat Hindu untuk Menuju Moksa
Banyak jalan menuju Roma, demikian pepatah yang sangat terkenal di tengah-tengah masyarakat.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Karsiani Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - 'Banyak jalan menuju Roma, demikian pepatah yang sangat terkenal di tengah-tengah masyarakat'.
Pepatah ini bermakna bahwa ada banyak jalan menuju ke suatu tempat atau ke suatu tujuan.
Begitu juga dengan tujuan akhir agama Hindu, yakni moksa atau harapan bersatunya jiwa dengan sang pencipta, Tuhan yang Maha Esa.
Namun, tentu mencapai moksa bukan perkara mudah sebab manusia selama hidup di dunia terikat oleh karmaphala, hasil perbuatan baik dan buruk selama hidup.
Sehingga karmaphala itu yang kerap membuat manusia kembali bereinkarnasi, kembali lahir menjadi manusia atau makhluk hidup lainnya.
Untuk kembali menebus perbuatannya, khususnya perbuatan buruk dan kurang baik.
Untuk itu, dalam ajaran agama Hindu dikenal banyak istilah dan ajaran-ajaran agama agar umat manusia mampu mencapai moksa.
Satu diantaranya adalah Sad Kerti.
Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti, kepada Tribun Bali, menjelaskan Sad Kerti memang sangat berkaitan dengan moksa.
Mantan dosen Unhi Denpasar ini, menjelaskan bahwa Sad Kerti juga sering disebut Sad Kertih.
"Sad Kertih berasal dari dua kata, yaitu 'Sad' dan 'Kerti'. Sad dalam bahasa Indonesia berarti enam, sedangkan Kerti berarti berlaku atau berlaksana," demikian sebut ida, Minggu 1 Agustus 2021.
Sad Kerti adalah enam pelaksanaan atau perlakuan demi kesucian, keselamatan kehidupan dalam alam semesta ini untuk kepentingan bersama.
Adapun yang termasuk dalam Sad Kerti ini terdiri dari Jana Kerti, yaitu usaha untuk menyucikan diri sendiri, baik menyucikan fisik, perbuatan, perkataan serta pikiran.
Sehingga vibrasi hidup bisa memberikan pengayoman kepada semua ciptaan Tuhan karena konsep Trikaya Parisuda, betul-betul dipahami dan dilaksanakan.
Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan meditasi, selalu mengoreksi diri sendiri (mulat sarira), menjalani konsep Tri Kaya Parisudha dengan praktek nyata, sehingga menimbulkan rasa shanti (damai) bagi diri sendiri dan lingkungan.
Kemudian Jagat Kerti, yaitu usaha untuk membuat jagat atau wilayah, atau yang lebih luas di negara ini menjadi shanti atau suci.
"Karena kita berusaha menjaga kesucian tempat atau negara ini dari kekotoran-kekotoran akibat perbuatan-perbuatan yang tidak baik, seperti kriminal, pencurian, pemalsuan, korupsi, pertentangan dan lain-lainnya, agar jagat raya kita ini betul-betul shanti," jelas beliau.
Hal ini bisa dilakukan dengan adanya acara Dharma Shanti, pelaksanaan kerukunan umat beragama, dan hidup saling pengertian, menaati peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Sedangkan secara spritual dilaksanakan dengan pecaruan, seperti Tawur Agung, Ekadasa Rudra, dan lain sebagainya.
"Apabila hal ini dilakukan dengan sungguh-sungguh dan hati suci tulus ikhlas maka jagat ini betul-betul akan menjadi shanti," tegas mantan jurnalis ini.
Samudera Kerti, yaitu usaha dan laksana membuat samudera atau laut menjadi bersih.
Misalnya bersih dari sampah, bersih dari pertengkaran laut karena ingin saling menguasai, bersih dari pengerusakan terumbu karang, bersih dari pengeboman, serta pengerusakan biota laut dan lain sebagainya.
"Pelaksanaan dan usaha yang harus kita lakukan adalah, tidak melakukan perbuatan pencemaran laut dengan membuang limbah berbahaya, tidak melakukan pengeboman laut, tidak merusak terumbu karang. Kita harus berusaha mencegah kerusakan terumbu karang dengan penanaman kembali," ucap ida rsi.
Lalu menjaga sempadan pantai dan lain-lainnya.
Sedangkan usaha secara spritual adalah melakukan upacara mapekelem di laut. Sehingga terjadi keseimbangan alam semesta.
Ada pula Wana Kerti, yaitu usaha-usaha untuk menyucikan hutan, dengan pelaksanaan pelestarian hutan.
Misalnya tidak merusak dan tidak menebangi atau membabat hutan.
Menjaga keberadaan habitat yang hidup di hutan seperti burung, kera, babi hutan, menjangan, binatang-binatang melata, tidak terjadi perburuan satwa liar.
Sehingga keseimbangan ekosistem terjaga, air akan terjaga, hutan menjadi bersih, suci dan shanti.
Secara spritual juga dilaksanakan upacara Wana Kertih, atau upacara pecaruan dan pelepasan binatang liar, untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
Danu Kerti, yaitu usaha dan berlaksana membuat danau atau sumber-sumber air seperti mata air, sungai dan lain sebagainya selalu dalam keadaan bersih dan suci.
Hal ini dilakukan dengan tidak mencemari danau tersebut, baik dengan tidak membuang limbah kotoran, tidak meracun ikan, tidak merusak senitasi danau atau sungai.
Tidak mencemari lingkungan mata air, sungai dan danau.
Berusaha melestarikan dan menjaga kebersihan mata air sungai dan danau, sehingga danau, sungai dan mata air tetap bersih, suci dan sakral agar timbul suasana shanti di danau, mata air dan sungai.
Sedangkan usaha secara spritual dilakukan dengan upacara pakelem.
Kelima adalah Atma Kerti, yaitu usaha untuk menyucikan roh-roh atau atma, sehingga tidak mengotori alam semesta ini agar roh-roh tersebut tidak menjadi Bhuta Cuil atau roh gentayangan, yang akan bisa mengganggu ketentraman hidup manusia.
Hal ini dilakukan dengan cara pelaksanaan Pitra Yadnya, ngaben dan mamukur.
"Sedangkan usaha secara nyata adalah selalu mencoba mengendalikan roh kita sendiri, dengan selalu berpikir positif, welas asih, saling menghargai satu sama lain, menyadari diri bahwa sama-sama mahluk ciptaan Tuhan, sehingga kedamaian dan kehidupan yang shanti akan terwujud," ucap beliau.
Dari Sad Kerti ini sebenarnya memiliki keterkaitan yang erat dengan moksa.
Lalu apa itu moksa?
Moksa adalah adalah kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat.
Sedangkan kebahagiaan lahir dan batin ditimbulkan oleh keadaan yang shanti atau keadaan yang damai.
BACA JUGA: Ini Penjelasan Terkait Mitos Bunga Gumitir yang Tidak Boleh Dipakai Sembahyang
"Sad Kerti, adalah usaha untuk menjadikan semua kehidupan alam beserta isinya sampai dengan alam pikiran kita supaya menjadi shanti. Maka apabila suasana shanti tercapai impian atau tujuan untuk moksa (kebahagiaan lahir dan batin) akan terpenuhi," jelas beliau. (*)