Berita Denpasar
Kamar Jenazah di RSUD Wangaya Denpasar Kelebihan Kapasitas, Tidur Berdampingan dengan Mayat
pihak RSUD Wangaya menyulap lantai dua pada gedung kamar jenazah yang semula adalah kantor, kini setengahnya difungsikan sebagai tempat penitipan
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
"Malam kan saya harus jaga. Dan saya biasa berdampingan sama jenazah tidur, cuma dibatasi terpal saja," katanya.
Saat pandemi Covid-19 ini, petugas kamar jenazah harus menerapkan protokol kesehatan yang ekstra, termasuk petugas kamar jenazah di RSUD Wangaya.
Namun dengan kondisi ini petugas di sana tak terlalu khawatir.
Baca juga: Vaksinasi Dosis Ketiga di RSUD Wangaya Dimulai dengan Menyasar 1.035 Nakes
Hal ini karena mereka sudah menggunakan alat pelindung diri (APD) yang ketat.
"Kami memang sudah dapat pelatihan. Karena sudah sharing dengan rekan dokter, jadinya semasih pakai APD yang baik dan benar jaga kondisi, saya pernah merasakan ketakutan," kata Gede Rama Praba Vananda.
Ia mengaku merasa takut jika ada penolakan dari pihak keluarga sambil marah-marah.
"Yang saaya takut ada keluarga menolak dan marah-marah. Itu yang saya takutkan," katanya.
Dalam proses pemulasaraan jenazah pihaknya mendapat pelatihan khusus karena untuk semua umat berbagai agama.
"Kalau adat istiadat Bali, saya lebih mudah, bahkan langsung mreteka di kamar jenazah. Tapi tergantung permintaan keluarga itu," katanya.
Sementara untuk Muslim, dirinya mengaku mendapat pelatihan tentang mengkafankan jenazah, tetapi biasa pihaknya bekerjasama dengan MUI.
"Untuk yang Muslim, ada batasan-batasan yang boleh saya lakukan. Teknis lain dibantu MUI," katanya.
Untuk Kristiani, karena menggunakan jas lengkap, pihaknya mengatakan bisa memfasilitasi.
"Yang penting tidak melanggar prokes. Kalau ada pihak keluarga yang mau ikut, kami siapkan APD," katanya.
(I Putu Supartika)
Kumpulan Artikel Denpasar