Dengan Lantang, Adik Kandung Presiden Afganistan Ungkap Bela Taliban
Hashmat Ghani menyebut masyarakat Afghanistan perlu menerima kehadiran Taliban untuk menghindari ketidakstabilan.
TRIBUN-BALI.COM - Berbeda dengan pilihan politik sang kakak yang juga Presiden Afganistan, Ashraf Ghani.
Hashmat Ghani, adik laki-laki Presiden Ashraf malah membela Afganistan.
Pilihan politik Hashmat langsung menjadi sorotan publik.
Dikutip dari Al Jazeera, Hashmat Ghani menyebut masyarakat Afghanistan perlu menerima kehadiran Taliban untuk menghindari ketidakstabilan.
• Saat Wanita Afghanistan Dicekam Ketakutan, Putri Ashraf Ghani Jadi Seniman Bebas di New York
Hashmat mengatakan, ia mengakui tatanan baru di Kabul adalah kebutuhan bagi rakyat Afghanistan.
Terlebih, penarikan militer negara asing dari Afghanistan hanya tersisa beberapa hari lagi.
Pengusaha dan pemimpin dari populasi nomaden Kochi Afghanistan ini telah bertemu dengan para pemimpin Taliban selama beberapa hari terakhir.
Dia mengaku setuju untuk mengakui transisi kekuasaan sebagai sinyal untuk tokoh politik dan budaya yang berpengaruh, serta pengusaha.
Baca juga: Ashraf Ghani Muncul Lewat Video, Bantah Kabur dari Afghanistan Tapi Diusir tanpa Sempat Ganti Sepatu
Menurutnya, jika pebisnis bergabung dengan puluhan ribu orang yang mencoba melarikan diri dari Afghanistan, maka akan menghancurkan ekonomi negara dan masa depan secara keseluruhan.
Meskipun saudara lelakinya melarikan diri pada 15 Agustus, Hashmat Ghani mengaku tidak pernah berniat meninggalkan Afghanistan.
"Jika saya melarikan diri ke sana, apa yang akan terjadi dengan orang-orang saya, suku saya."
"Akar saya ada di sini, pesan apa yang akan dikirim jika saya melarikan diri dan meninggalkan orang-orang saya pada saat mereka membutuhkan?" ungkapnya.
Tentang pelarian saudaranya, ia mengaku ikut senang karena sang kakak setidaknya meninggalkan hidupnya dengan utuh.
"Jika dia terbunuh atau terbunuh dengan cara apa pun, segalanya akan menjadi jauh lebih buruk," tambahnya.
Di sisi lain, ekonomi Afghanistan telah berjuang keras karena korupsi, pemotongan bantuan asing dan hampir kehabisan uang pada hari-hari sebelum kedatangan Taliban pekan lalu.