Serba Serbi
Memaknai Hari Raya Saraswati: Menghormati Ilmu Pengetahuan hingga Mitos Tidak Boleh Membaca
Memaknai Hari Raya Saraswati: Menghormati Ilmu Pengetahuan hingga Mitos Tidak Boleh Membaca
Penulis: Putu Supartika | Editor: Widyartha Suryawan
Dengan demikian, Hari Raya Saraswati juga memiliki makna bahwa ilmu pengetahuan mampu menerangi kehidupan.
Seperti diketahui, Dewi Saraswati dilambangkan sebagai seorang gadis yang sangat cantik bertangan empat, membawa genitri, keropak, rebab, dan bersama angsa serta burung merak.
Penggambaran tersebut memiliki makna yang sangat penting.
“Kalau di India, Saraswati dirayakan sekali setahun, dengan nama Maha Saraswati Puja yang dilakukan setahun sekali,” jelas Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti, kepada Tribun Bali, Jumat 29 Januari 2021.
“Saraswati itu dilambangkan seorang gadis yang sangat cantik, dengan tangan empat kemudian membawa genitri, membawa keropak, membawa rebab, dan berada pada angsa serta burung merak,” sebut beliau.
Menurut Ida Rsi, wanita cantik dipersonifikasikan sebagai ilmu pengetahuan sehingga dikejar banyak orang.
Genitri yang dipegang Sang Dewi bermakna ilmu pengetahuan yang tidak ada ujungnya.
“Makanya ada konsep belajar sampai tua,” ujar Ida Rsi yang juga pensiunan dosen Unhi ini.
Angsa adalah simbol dari binatang, yang bisa menyeleksi.
Sebab kehidupan angsa sangat bersih dan artinya adalah kebijaksanaan, maka ilmu pengetahuan akan menjadi racun tanpa kebijaksanaan.
“Ada Merak adalah burung yang sangat indah, sebagai simbol pengetahuan yang sangat indah,” kata beliau.
Misalnya pengetahuan dinyanyikan sebagai puisi, yang menjadikan hidup kita bahagia dan indah.
Tidak Boleh Membaca?
Di Bali, banyak mitos yang berkembang bahwa saat Saraswati tidak boleh membaca atau belajar.
Benarkah demikian?