Berita Denpasar
Kisah Pengusaha Martabak Sultan yang Berumur 18 Tahun, Beromzet hingga Rp 100 Juta per Bulan
Garry mencoba peruntungan membuka usaha kuliner Martabak Sultan yang kini sudah membuka outlet di lima cabang.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Memutuskan berwirausaha memang bukanlah hal yang mudah.
Berbagai persiapan harus dilakoni agar nantinya usaha tersebut dapat berjalan terus seiring perkembangan zaman.
Saat ini selain persiapan yang matang, berwirausaha juga harus bertekad modal 'nekat'.
Hal tersebut lah yang dilakukan oleh Sabastian Garry Yusuf (18), seorang wirausaha Martabak Sultan.
Baca juga: KISAH SBY Mengisi PPKM dengan Kembali Tekuni Hobi Melukis, Goreskan Debur Ombak di Pantai Pacitan
Di usia yang masih terbilang muda, Garry mencoba peruntungan membuka usaha kuliner Martabak Sultan yang kini sudah membuka outlet di lima cabang.
Ketika ditemui, pria yang berasal dari Kalimantan ini menceritakan kisahnya.
"Tercetus jualan martabak awalnya dari adik saya. Dia pengin beli martabak terus, karena saya risih dimintai martabak terus, dari pada beli, mending saya buatkan saja martabak. Saya tidak tahu sampai sekarang ternyata se-booming ini," katanya, Kamis 9 September 2021.
Modal awal yang digunakan untum berjualan ini didapatnya dari menjual berbagai barang yang dimiliki keluarganya.
Bahkan ia pernah diam-diam menjual PlayStation adiknya untuk memulai usaha martabak ini.
"Saya pernah diam-diam jual PlayStation adik saya. Setelah itu saya jual barang bapak saya. Bapak saya buka showroom mobil. Ada barang yang tidak terpakai itu saya jual. Tapi modal awal saya tidak terlalu banyak, karena saya sudah punya kompor, pisau, dan lain-lain. Semua saya pakai peralatan dapur ibu saya. Jadi saya cuma beli wajan saja. Itu kira-kira Rp 500 ribu," tambahnya.
Usaha ini awalnya dirintis sebagai usaha rumahan yang ia pasarkan lewat media sosial.
Namun lambat laun ternyata keuangan dari hasil penjualannya semakin berputar hingga ia bisa membuka cabang di beberapa wilayah, seperti di Dalung, Imam Bonjol, Renon, Panjer, dan Gatsu Tengah.
"Iya pertama lewat medsos, awalnya usaha rumahan. Bisa sampai buka cabang karena semakin lama semakin berputar uangnya. Jadi saya bisa buka cabang. Aktivitas sebelumnya sekolah saja. Sebelumnya juga buka-buka bisnis, pernah gagal. Yah, namanya juga manusia, kita belajar dari kegagalan. Saya tidak ragu buka usaha di usia muda, tapi saya kadang minder saja. Kadang orang itu tidak percaya kalau saya sudah buka usaha di umur segini," katanya.
Dalam sehari martabak buatannya bisa terjual hingga 100 kotak di seluruh outlet.
Untuk range harganya mulai dari Rp 10 ribu sampai Rp 50 ribu.