Vaksinasi

Orang yang Tidak Divaksin 11 Kali Lebih Rentan Terpapar Covid-19 dan Meninggal Dunia

Demikian menurut data Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) yang dirilis pada Jumat 10 September 2021.

Editor: DionDBPutra
Tribun Bali/Rizal Fanany
Ilustrasi. Orang-orang yang tidak disuntik vaksin 11 kali lebih rentan terpapar Covid-19 dan kemungkinan meninggal dunia dibandingkan yang sudah divaksin. 

TRIBUN-BALI.COM, WASHINGTON - Orang-orang yang tidak disuntik vaksin 11 kali lebih rentan terpapar Covid-19 dan kemungkinan meninggal dunia dibandingkan mereka yang sudah divaksin.

Demikian menurut data Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) yang dirilis pada Jumat 10 September 2021.

Direktur CDC Rochelle Wallensky mengatakan temuan itu didapat dari sebuah tinjuan kasus, rawat inap, dan kematian terkait Covid-19 di 13 negara bagian AS sekaligus menjadi sebuah bukti kekuatan vaksinasi.

Studi tersebut melihat data dari dua bulan terakhir ketika varian Delta yang sangat menular menjadi varian virus corona dominan di AS.

Baca juga: Menko Airlangga Tinjau Vaksinasi di Medan, Kota dengan Peserta Kartu Prakerja Terbanyak di Sumatera

Baca juga: Antari Jaya Negara Aktif Jemput Bola Vaksinasi Home Visit Bagi Penyandang Disabilitas

Penelitian itu menemukan pula bahwa, selain secara dramatis meningkatkan perlindungan dari kematian Covid-19, vaksin memberi perlindungan yang sangat tinggi untuk menghindarkan orang terinfeksi dan harus dirawat inap.

Orang yang tidak divaksin sekitar 4,5 kali berpotensi terinfeksi Covid-19 dan 10 kali berpotensi dirawat inap, kata Walensky saat konferensi pers virtual.

"Seperti yang telah kami tunjukkan melalui berbagai studi, vaksinasi efektif," katanya. "Intinya adalah: kita memiliki alat ilmiah yang kita perlukan untuk dapat mengatasi kesulitan pandemi ini."

Studi itu akan diterbitkan secara lengkap di situs CDC pada Jumat 10 September 2021.

Varian Mu

Sementara itu, varian virus corona Mu membawa sejumlah varian Beta, Gamma, serta Delta dan perlu diawasi, menurut anggota Dewan Penasihat Ilmiah Covid-19 Turki.

"Saat ini, varian Delta juga menjadi yang paling dominan di Turki dan kami melihat varian tersebut di lebih 90 persen kasus di negara kami," kata Afsin Emre Kayipmaz kepada kantor berita Anadolu.

Ia kembali mengingatkan bahwa Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa mendefinisikan varian Beta, Gamma, dan Delta sebagai "varian yang mengkhawatirkan."

"Sifat varian Delta adalah bahwa setidaknya dua kali lebih menular dari varian asli, misalnya, tipe liar yang berasal dari Wuhan atau varian Inggris yang digambarkan sebagai varian Alpha," kata Kayipmaz.

Mengenai varian Mu, di bawah klasifikasi "varian yang menjadi perhatian" WHO, ia mengatakan varian itu membawa risiko penularan yang lebih mudah di antara masyarakat, dan pada saat bersamaan, menghalangi respons antibodi yang didapat dari vaksin atau melalui infeksi.

Queensland peringatkan potensi lockdown

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved