Berita Bali

Ida Pedanda Gede Jelantik Karang Lebar, Ini Kekaguman Ari Dwipayana pada Sosok Sang Sulinggih

Saya kenal pertama kali dengan beliau itu sekitar tahun 2008, tatkala karya (upacara) besar di Ubud. Kala itu beliau yang muput dengan beberapa

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Istimewa
Gung Ari dan Alm Ida Pedanda Gede Jelantik Karang saat berbincang beberapa waktu lalu. 

"Biasanya saat upacara besar, beliau pasti ada dan saya bertemu beliau di lokasi upacara. Seperti di Pura Pasimpangan Gunung Agung di Bebandem," sebutnya.

Baca juga: Ari Dwipayana: Umat Hindu Perlu Rumuskan Kembali Strategi Dharma Negara

Namun kisah-kisah beliau, kebanyakan didapatkan Gung Ari dari para nanak-nanaknya.

Salah satunya, adalah cerita tentang kebiasaan beliau yang senang mandi air dingin atau air es dari dalam kulkas.

"Bayangkan di usia lingsir (tua) beliau mandi dengan air es," ujarnya.

Kemudian beliau juga tidak senang memakai baju saat berada di griya.

Namun Gung Ari sangat tersanjung, karena ketika bertemu dengannya, sang wiku malah sengaja memakai baju.

Semangat pejuang beliau sebagai veteran pejuang kemerdekaan, membuat Gung Ari sangat terpesona dan terinspirasi.

Tentunya ini juga menjadi inspirasi nanak beliau dari Bali dan Lombok, yang jumlahnya puluhan.

Sebab beliau adalah nabe atau sesuhunan dari Ida Dalem Surya Sogata di Puri Saren Kaler Klungkung.

Guru nabe pula dari Ida Rsi Agung Supraba Karang, dan masih banyak lagi sosok yang menjadi murid beliau.

"Bayangkan di usia 98 tahun beliau masih sangat bersahaja dan segar saat bertemu terakhir kali," katanya.

Baca juga: Koordinator Stafsus Presiden Ari Dwipayana Orasi Ilmiah di Bali,Bahas Sejarah Hingga Tantangan Hindu

Walaupun nanaknya banyak, kata Gung Ari, namun beliau selalu menegaskan agar tetap menjaga sesana kawikon sebagai seseorang sulinggih atau pemimpin yang memegang jabatan.

"Apalagi nanak beliau datang dari berbagai elemen, tidak hanya ida pedanda saja, namun juga ada ida rsi, ida empu, dan lain sebagainya," imbuh Gung Ari.

 Sebagai guru nabe yang melahirkan banyak sulinggih, beliau konon sangat bertanggung jawab dalam mengemban tugasnya untuk terus mengingatkan agar berjalan di jalan Dharma.

Keteguhan memegang sesana dan kejujuranlah yang akan membawa seseorang pada jalan Dharma atau jalan kebenaran.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved