Berita Karangasem

Per Hari Ini Status Gunung Agung Diturunkan dari Level Waspada ke Normal, Berikut Penjelasan PVBMG

Berdasarkan analisis dan pemodelan data pemantauan gunungapi secara komprehensif dapat disimpulkan bahwa aktivitas Gunung Agung mengalami penurunan

Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa
Ilustrasi - Fenomena awan payung menyelimuti Gunung Agung, visual nampak jelas dari Suwat, Gianyar, Bali, Jumat 22/5/2020) pagi. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin

TRIBUN-BALI.COM, KARANGASEM - Berdasarkan analisis dan pemodelan data pemantauan gunungapi secara komprehensif dapat disimpulkan bahwa aktivitas Gunung Agung mengalami penurunan yang signifikan dan menunjukkan indikasi kesetimbangan. 

Potensi bahaya primer untuk saat ini dapat berupa gas beracun di sekitar area kawah G. Agung.

Potensi ancaman bahaya sekunder dapat berupa aliran lahar hujan yang terjadi

terutama pada musim hujan, selama material erupsi-erupsi sebelumnya masih

terpapar di area lereng dekat puncak. 

Baca juga: Status Gunung Agung Karangasem Kembali Normal Turun ke Level I, Aktivitas Kegempaan Menurun

Area yang berpotensi terlanda aliran lahar hujan adalah aliran- aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung terutama ke arah Utara.

“Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental maka tingkat aktivitas Gunung Agung diturunkan dari Level II (Waspada) ke Level I (Normal) terhitung mulai tanggal 13 September 2021 pukul 13:00 WITA,” ujar Kepala Badan Geologi, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Andiani, dalam keterangan tertulisnya.

Ia menambahkan dalam tingkat aktivitas Level I (Normal), masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan direkomendasikan agar membatasi aktivitas di area kawah puncak Gunung Agung.

Baca juga: Lima Pendaki Kelelahan, Mendaki Gunung Agung di Karangasem, 1 Pamedek Ditandu dari Batukau

Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak. 

Area potensi landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.

“Pemerintah Daerah, BPBD Provinsi dan Kabupaten agar senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali dan/atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung,” imbuh Andiani.

Baca juga: Tim SAR Evakuasi 5 Pendaki Dari Gunung Agung yang Alami Kelelahan

Seluruh masyarakat maupun Pemerintah Daerah, BNPB, BPBD Provinsi Bali, BPBD Kabupaten Karangasem, dan instansi terkait lainnya dapat memantau perkembangan status maupun rekomendasi Gunung Agung setiap saat melalui aplikasi MAGMA Indonesia yang dapat diakses melalui website https://magma.esdm.go.id dan/atau melalui aplikasi Android MAGMA Indonesia yang dapat diunduh di Google Play. 

Partisipasi masyarakat juga sangat diharapkan dengan melaporkan kejadian- kejadian yang berkaitan dengan aktivitas Gunung Agung melalui fitur Lapor Bencana. Para pemangku kepentingan di sektor penerbangan dapat mengakses fitur VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation).

Hasil evaluasi pengamatan visual

Gunungapi Agung dalam periode 1 Januari – 13 September 2021 didominasi oleh asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang tinggi sekitar 20-50 meter dari puncak. 

“Erupsi terakhir terjadi pada 13 Juni 2019 pukul 01:38 WITA dan aktivitas permukaan yang terekam kini didominasi oleh hembusan gas vulkanik yang terjadi sesekali dengan intensitas lemah Secara visual dapat teramati jelas terjadi penurunan aktivitas permukaan kawah yang cukup signifikan,” ungkapnya.

Kegempaan dalam periode 1 Januari – 13 September 2020 didominasi oleh gempa Tektonik Lokal, Tektonik Jauh, Vulkanik Dalam, dan Hembusan dengan rincian 7 kali gempa Hembusan, 1 kali gempa Vulkanik Dangkal, 12 kali gempa Vulkanik Dalam, 72 kali gempa Tektonik Lokal, dan 404 kali gempa Tektonik. 

Jumlah kegempaan Vulkanik Dalam maupun Vulkanik Dangkal dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir secara umum mengalami penurunan. 

Saat ini kegempaan vulkanik yang terekam jumlahnya tidak signifikan. 

Hal ini mengindikasikan bahwa pergerakan magma ke permukaan yang terjadi intensitasnya rendah.

Selain itu, gempa tektonik yang terekam tidak berkaitan secara langsung dengan aktivitas gunungapi.

Anomali panas di permukaan kawah terakhir terdeteksi oleh satelit Modis pada bulan Oktober 2019 dan setelah itu anomali panas tidak lagi teramati. 

Penurunan temperatur di permukaan kawah ini mengindikasikan penurunan suplai magma ke permukaan secara signifikan.

Data deformasi dalam kurun waktu satu tahun terakhir menunjukkan bahwa perubahan tekanan dalam sistem vulkanik Gunung Agung cenderung stabil dan belum mengindikasikan adanya akumulasi tekanan magma yang baru.(*)


Berita lainnya di Gunung Agung

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved