Berita Badung

Meski Harga Telur Anjlok, Peternak Ayam Petelur di Badung Tetap Bertahan Karena Sempat Dibina Pemkab

beberapa peternak yang masuk dalam kelompok Ternak Ayam Manuk Sari tersebut sempat diberikan bantuan dan pembinaan oleh pemerintah setempat

Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/I Komang Agus Aryanta
I Nyoman Rajendra peternak ayam petelor saat menunjukkan telur di kandang ayamnya di Desa Getasan Badung pada Kamis 16 September 2021 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Beberapa peternak ayam petelor di Desa Getasan, Petang Badung tetap bertahan untuk memelihara ayam meski harga telor anjlok.

Selain berharap harga akan kembali normal, beberapa peternak yang masuk dalam kelompok Ternak Ayam Manuk Sari tersebut sempat diberikan bantuan dan pembinaan oleh pemerintah setempat.

"Kita tidak bisa berpindah begitu saja. Apa lagi sempat dibina dan diberikan bantuan oleh pemkab Badung," kata I Nyoman Rajendra saat ditemui di kandangnya Kamis 16 September 2021.

Pria asal Banjar Kauh, Desa Petang itu mengaku ke depan harga telur akan kembali normal sehingga bisa mengembalikan biaya pakan yang saat ini belum tertutupi.

Baca juga: Harga Telur Ayam Anjlok, Peternak Ayam Petelur di Desa Getasan Petang Badung Merugi

Dirinya memprediksi harga telur akan kembali normal pada bulan November 2021 mendatang.

"Memang sejak pandemi ini harga turun, namun masih bisa menutupi biaya pakan. Namun saat ini kan anjlok sekali. Saya memprediksi akan kembali normal beberapa bulan lagi," ujarnya.

Dirinya mengaku saat ini jerih payah sebagai peternak belum dinilai karena belum mendapat keuntungan.

Kendati demikian dirinya mengaku penjualan telur sampai saat ini masih lancar.

"Kami punya pelanggan, yang mengambil telur kami. Bahkan sampai rumah sakit yang mengambil telur ke sini, seperti rumah sakit di Badung," ucapnya.

Dirinya mengakui penurunan harga telur terjadi karena produksi telur di Bali melimpah.

Lantaran pariwisata seperti hotel dan restoran belum dibuka maksimal, sehingga terjadi penumpukan telur.

Selain itu saat PPKM ini, telur yang ada di Bali belum maksimal pengirimannya.

Biasanya telur di kirim ke Lombok, Jawa dan Nusa Tenggara Timur (NTT)

"Mungkin di kalangan pengepul harganya murah. Namun di pasaran harga telur ada yang sudah turun ada yang stabil," katanya.

Baca juga: Pelan-pelan Pantai Ramai Pengunjung, Polres Badung Perketat Pengawasan Obyek Wisata

Dijelaskan jika harga normal yakni harga telur Rp 36 ribu sampai Rp 38 ribu /kerat dirinya mengaku mendapatkan untung sebesar Rp 200 ribu per hari untuk 1 blok kandang dengan total ayam sebanyak 1.272 ekor.

Namun kini saat harga turun dirinya mengaku tidak mendapat untung sedikit pun dengan harga Rp 30 ribu /satu kerat.

"Jadi kalau dihitung rugi, kita rugi Rp 200 ribu per hari. Memang tinggi sekali resiko ternak ayam petelur di Bali saat ini, karena produksi sudah melebihi kebutuhan," tungkasnya.

Dikonfirmasi terpisah, I Ketut Gede Suwedharma selaku Kabid Perdagangan dinas Koprasi dan UMKM Badung mengaku dari hasil monitoring di beberapa pasar harga telur ayam masih tergolong stabil.

"Kalau khusus telur ayam harganya masih stabil di pasaran," katanya.

Disebutkan dari monitoring beberapa pasar, yang ada di Gumi keris, rata-rata harga telur per butir Rp 1.500. Bahkan harga satu kerat telur mencapai Rp 40.000.

"Kalau dipasaran satu kerat itu Rp 40.000 ribu masih," ujarnya singkat.

Diberitakan sebelumnya, Pandemi covid-19 tidak hanya membuat terpuruknya pariwisata yang ada di Bali khusunya Badung. Namun juga berpengaruh pada peternak ayam petelor.

Bagaimana tidak, di tengah pandemi ini harga telor ayam anjlok hingga peternak tidak bisa menutupi biaya pakan.

Hal itu pun membuat peternak merugi lantaran harga telor anjlok dan harga pakan yang sangat tinggi.

Baca juga: Bupati Badung Giri Prasta Serahkan Owa Siamang ke BKSDA Bali, Sampaikan Klarifikasi dan Minta Maaf

Seperti halnya peternak di Desa Getasan, Kecamatan Petang Kabupaten Badung sudah hampir setahun belum menemukan keuntungan. 

Bahkan saat diberlakukannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) malah mengalami kerugian lantaran harga telur anjlok. (*)

Artikel lainnya di Berita Badung

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved