Berita Denpasar
Banyak Pengamen-Gepeng Disalurkan Jadi ART, Satpol PP Denpasar: Mereka Minggat, Kembali ke Jalanan
Banyak Pengamen-Gepeng Disalurkan Jadi ART, Satpol PP Denpasar: Mereka Minggat, Kembali ke Jalanan
Penulis: Putu Supartika | Editor: Widyartha Suryawan
Ia menyebut, fenomena mengamen dengan pakaian adat Bali tak hanya dilakukan oleh orang Bali.
Namun dirinya juga sempat mengamankan dua orang yang berasal dari Jawa.
"Kami dapat amankan dua orang menggunakan pakaian adat. Saat kami tanya asalnya dari Banyuwangi dan Situbondo," katanya.
Sayoga menambahkan, titik-titik yang sering dijadikan tempat mengamen maupun menggelandang yakni Simpang Pidada, Pesanggaran, perempatan Sanur, dan perempatan Tohpati.
Tadi pagi, selain mengamankan 3 pengamen memakai udeng, Satpol PP Denpasar juga mengamankan 4 pengemis dan gelandangan. Dua pengemis tersebut masih di bawah umur.
Terkait keberadaan pengemis dan gepeng di jalanan, sebelumnya Anom Sayoga mengaku pihaknya dilema.
Satu sisi pihaknya harus menegakkan Perda, namun di sisi lain pihaknya juga merasa kasihan dengan kondisi masyarakat di tengah pandemi.
“Kami hanya melaksanakan tugas sesuai peraturan. Kalau dari hati nurani pasti sama dengan yang lain merasa kasihan. Tapi kalau tidak diambil salah, kalau kami ambil juga salah, jadinya serba salah juga, ewuh pakewuh,” katanya.

“Kalau yang ngerti aturan pasti akan menyalahkan kami, kenapa dibiarkan ada yang mengganggu ketertiban, tapi setelah kami tangani kami juga dihujat. Akhirnya kami terima semua saja semuanya,” katanya.
Pihaknya menambahkan tak melarang jika ada masyarakat yang berinovasi, akan tetapi jangan sampai mengganggu kitertiban.
“Kami memahami kondisi masyarakat, dan kami tidak melarang ada warga yang berinovasi, tapi jangan di perempatan yang lalu lintasnya padat. Itu kan berbahaya dan mengganggu pengendara,” katanya.
Pengamen, Pakaian Adat, dan Modal Kultural
Seperti diketahui, belakangan muncul fenomena pengamen mengenakan pakaian adat Bali di sejumlah ruas jalan di Kota Denpasar
Mereka menggunakan kemben dan udeng serta membawa perangkat sound system kecil.
Para pengamen itu biasanya menyasar beberapa traffic light dengan lalulintas kendaraan yang padat seperti di perempatan Jalan Nangka–Jalan Gatot Subroto Denpasar, perempatan Tohpati hingga tempat keramaian seperti Pasar Sanglah.
Menurut Sosiolog dari Universitas Udayana (Unud) Gede Kamajaya, munculnya fenomena ini karena keterdesakan ekonomi akibat pandemi Covid-19.