Bisnis
Berkontribusi Cukup Besar Pada APBD, Bank Indonesia Lakukan Pengembangan Khusus Untuk UMKM
angka penyerapan tenaga kerja juga dapat dikatakan tinggi yakni sebesar 97,05 persen atau 116,97 Juta tenaga kerja.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Noviana Windri
Contohnya perajin perak di Celuk, Gianyar yang ketika pandemi Covid-19 sudah memiliki strategi untuk bertahan dimasa pandemi Covid-19.
Strategi tersebut yakni menambah jenis produknya.
UMKM sendiri harus lebih aktif untuk memenuhi semua segmen usahanya.
Selain itu Donny juga menyarankan terdapat strategi efisien biaya.
"Contoh strategi efisien biaya yakni membuka 10 toko secara online. Tentu cost nya jauh berbeda dengan membuka 10 toko offline. Kegiatan toko ini digunakan untuk memperhatikan e-commerce mereka. Dan memaksimalkan penjualan melalui online," imbuhnya.
Donny menilai bahwa UMKM ini memiliki daya adaptif atau survive pada kondisi saat ini.
Selain pada modal dan bahan baku, UMKM juga memiliki masalah pada likuiditas, yang diakibatkan karena barang-barang dagangannya tidak laku terjual.
Kemudian juga pada solvabilitas dengan bagaimana cara UMKM menutupi hutang-hutangnya.
Baca juga: Bank Indonesia Puji Strategi Banyuwangi Pulihkan Ekonomi UMKM
Baca juga: Bank Indonesia Siapkan 4.068 Titik Penukaran Uang Baru Untuk Lebaran 2021
"Dari kacamata ekonomi sebagian besar pengusaha kesulitan membayar biaya operasional, mengatur cash flow, kemudian juga ada peningkatan biaya operasional. Sementara dari sisi non ekonomi kesulitan bahan baku karena ada pembatasan. Dan ketika sebelum pandemi Covid-19, banyak penggiat UMKM menunda untuk digitalisasi. Biasanya mereka mengatakan nanti-nanti saja, sehingga disituasi pandemi ini banyak yang belum mengerti untuk memanfaatkan teknologi," terangnya.
Sementara peranan Bank Indonesia dalam meningkatkan perekonomian UMKM yakni dengan penguatan sinergi Kebijakan Nasional UMKM, program Kebijakan UMKM secara end-to-end, serta pembentukan Kebijakan alternatif untuk mendorong sisi demand. (*)