Berita Bali
Membangun Kembali Ekonomi Bali yang Tangguh dengan Usaha Lestari Melalui Inkuri
Program Inkubator Usaha Lestari (Inkuri) untuk Bali telah resmi diluncurkan secara virtual oleh Yayasan Pratisara Bumi Lestari
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin
TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Program Inkubator Usaha Lestari (Inkuri) untuk Bali telah resmi diluncurkan secara virtual oleh Yayasan Pratisara Bumi Lestari, Kamis 29 September 2021 kemarin.
Acara peluncuran program ini sekaligus menandai dibukanya pendaftaran program Inkuri bagi 1000 anak muda Bali pada usia 18-35 tahun secara gratis melalui www.usahalestari.id/program-bali.
Melalui program ini, anak muda Bali diharapkan dapat menjadi motor penggerak untuk ekonomi Bali yang lebih lestari dan membumi.
Dengan berfokus pada kelestarian alam, kesejahteraan masyarakat lokal, dan identitas budaya.
Baca juga: Bangkitkan Ekonomi Bali, PSI Usulkan ke Presiden Quarantine in Paradise, Apa Itu?
Inkuri mendapatkan dukungan dari Pemerintah Australia melalui skema dana hibah alumni (Alumni Grant Scheme) yang dikelola oleh Australia Awards di Indonesia.
“Inkuri adalah cara yang sangat baik untuk memanfaatkan keterampilan digital dan melimpah di Bali dan membantu generasi masa depan.
Untuk beralih dari model pariwisata tradisional,” kata Anthea Griffin selaku Konsul-Jenderal Australia untuk Bali, NTB, dan NTT dalam keterangannya, Kamis 30 September 2021.
Pandemi yang telah berlangsung hampir 2 tahun membuat Bali begitu kesulitan karena perekonomian yang sangat bergantung pada sektor pariwisata.
Sehingga perlu adanya diversifikasi industri untuk membuka kesempatan ekonomi atau sumber penghidupan yang lebih beragam bagi masyarakat Bali.
Selain itu, pembangunan pada sektor pariwisata Bali yang masif dan tidak berkelanjutan kini juga menyebabkan munculnya masalah-masalah baru, seperti sampah, krisis air, hingga kesenjangan sosial.
“Ini ibarat bom waktu, jika kita tetap terus mempraktekan sistem ekonomi lama yang hanya memikirkan profit saja.
Maka ada atau tidak adanya pandemi, kita akan tetap dihadapkan dengan krisis lain yang memiliki dampak serupa,” ungkap Ketua Yayasan Pratisara Bumi Lestari Saniy Amalia Priscila.
Hal inilah yang menjadi alasan Inkuri melihat pentingnya Bali untuk bertransformasi ke arah ekonomi yang lebih lestari dan membumi, berpihak pada alam, kesejahteraan masyarakat lokal, dan kelestarian budaya.
Griya Luhu, sebuah bisnis lestari di Bali yang berfokus pada isu sampah, justru mengalami perkembangan pesat dalam bisnisnya selama pandemi.
Baca juga: Percepat Pemulihan Ekonomi Bali, BMTA Gandeng National Hospital Untuk Wisata Medis
Ketika banyak usaha di Bali yang memberhentikan para pekerjanya, Griya Luhu kini mempekerjakan lebih dari 89 orang dan melayani 4,500 nasabah Bank Sampah mereka.
Hal ini menunjukkan ketangguhan dari sebuah usaha lestari.
Menurut Gus Nara, putra daerah pendiri Griya Luhu, tipe bisnis lestari ini ciri khasnya adalah harus kembali ke lokal.
Dan tipe-tipe bisnis yang kembali ke lokal itu akan lebih resilien apapun gangguannya, seperti pandemi.
Melalui tiga fokus sektor industri, yakni agrofood, pariwisata berkelanjutan, dan kriya, setidaknya 1000 anak muda Bali akan mengikuti lokakarya online.
“Dari 1.000, kami akan menyaring sekitar 100 anak muda yang memiliki ide-ide bisnis terbaik.
Harapan kami, akan ada 20 hingga 30 tim dengan ide inovasi sosial dan lingkungan yang kami dampingi di tahapan selanjutnya,” kata Direktur Program dan Kurikulum Yayasan Pratisara Bumi Lestari, Irma Sitompul.
Selanjutnya akan disaring kembali 12 kerangka bisnis terbaik untuk mengikuti tahap pendampingan Pengembangan Bisnis selama 6 bulan bersama mentor-mentor ahli.
Pada tahap ini, Inkuri bekerjasama dengan Livit Hub Indonesia untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur dan fasilitas pendukung lainnya.
(*)