Yayasan Puri Kauhan Ubud Luncurkan Tiga Buku Sastra Saraswati Sewana

Buku pertama,  Sastra Saraswati Sewana, Pemarisuddha Gering Agung, memuat karya-karya terpilih dan karya nominasi para peserta Ajang Kreasi Sastra

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Istimewa
Ari Dwipayana 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Anak Agung Seri Kusniarti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Yayasan Puri Kauhan ubud, meluncurkan tiga buku yang merupakan catatan rangkaian kegiatan yayasan selama masa pandemi.

Acara peluncuran  buku ini, dilaksanakan tepat pada Buda Wage Warigadian nedeng Purnama Sasih Kalima, 20 Oktober 2021, bertempat di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.

Buku pertama,  Sastra Saraswati Sewana, Pemarisuddha Gering Agung, memuat karya-karya terpilih dan karya nominasi para peserta Ajang Kreasi Sastra Saraswati Sewana. 

Buku kedua, bertajuk 'Mulat Sarira untuk Bali Bangkit, Pabligbagan di Masa Pandemi' memuat catatan pabligbagan virtual (diskusi virtual), yang diselenggarakan Yayasan Puri Kauhan Ubud selama pandemi.

Baca juga: BASAbali Wiki Luncurkan Buku Kisah Kepahlawanan Perempuan Bali Berjudul Monster Virus Menyerang Desa

Buku ketiga, berjudul Mai Mabasa Bali, memuat karya-karya Pemenang Lomba Kartun Strip Mai Mabasa Bali.

Mai Mabasa Bali (mari menggunakan Bahasa Bali), merupakan event Yayasan Puri Kauhan Ubud untuk mengkampanyekan penggunaan bahasa Bali kepada masyarakat luas.

Acara peluncuran buku ini dihadiri berbagai kalangan, mulai dari Staf Khusus Presiden Bidang Kebudayaan, Sukardi Rinakit. Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho.

Para rektor perguruan tinggi se-Bali, panglingsir puri dan gria, budayawan, hingga kepala lingkungan dan bendesa adat se-kelurahan Ubud, Gianyar.

Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Kun Adnyana,  menyampaikan  bahwa acara ini  merupakan  gerakan kesadaran untuk mengembalikan sastra sebagai Ibu sekaligus 'ulu' etos laku keseharian  dalam menata masyarakat juga memajukan bangsa.

"Kegiatan Sastra Saraswati Sewana ini,  bisa menjadi contoh dan tauladan untuk mengembalikan bagaimana poros imajinasi kita, bisa  berangkat dari kekayaan khasanah susastra Nusantara," sebutnya dalam rilis, yang diterima Tribun Bali, Kamis 21 Oktober 2021.

Rektor ISI Denpasar melanjutkan, bahwa acara ini dapat  merefleksikan, melihat kembali jejak keluhuran dan kebijaksaan tetua di masa lalu.

Bagaimana mereka  hidup, menjaga harmoni antar manusia, dengan alam, dan juga terjalinnya hubungan yang kohesif antar yang nyata dan yang tidak nyata.

AAGN Ari Dwipayana, selaku Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud,  menyampaikan bahwa peluncuran buku, yang tepat dilaksanakan  pada buda nemu purnama yang disebut dengan Buda Kembang ini, dimaknai sebagai kesempatan emas, waktu yang sangat tepat untuk menyadari sambungan tali rasa-kalbu-hati, antara pertiwi-tanah-tubuh dan candra/bulan.

Ari juga menekankan bahwa masyarakat Bali tidak cukup hanya merayakan budaya literasi saja. Tetapi harus dilanjutkan dengan sastra paraga, membadankan sastra dalam pikiran, kata-kata, dan tindakan.

Baca juga: Ruang Terbuka Feminist Space Gelar Pertemuan Sambil Ngobrolin Buku dan Bermusik

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved