Kisah Sukmawati Soekarnoputri dan Bali, Gamelan yang Jadi Terapi saat Bung Karno Wafat

Sukmawati mengatakan ,memiliki nama baru yang diberikan oleh para pengelingsir, yakni Ratu Niang, setelah ia menggelar sudhi wadani

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/I Wayan Eri Gunarta
Sukmawati Soekarnoputri saat memberikan keterangan pers di The Soekarno Center, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Bali, Selasa 26 Oktober 2021. 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Putri Bung Karno, Sukmawati Soekarnoputri mengatakan, sudah mengenal Bali sejak usia empat tahun.

Selain itu, musik atau gamelan Bali juga telah memberikannya ketenangan saat ditinggal wafat oleh ayahnya, Soekarno.

Kepada wartawan, lewat jumpa pers di The Soekarno Center, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali, Selasa 26 Oktober 2021, Sukmawati mengatakan memiliki nama baru yang diberikan oleh para pengelingsir, yakni Ratu Niang, setelah ia menggelar sudhi wadani.

Sukmawati menuturkan, budaya Bali telah dikenalkan oleh ibunya sejak ia berusia empat tahun.

Baca juga: Upacara Sudhi Wadani, Ketahui Proses dan Sarana yang Digunakan

"Waktu saya umur 4 tahun, ibu saya melihat saya layak menjadi penari bali. Ada harapan beliau, yang namanya putri presiden, harus tahu budaya aslinya. Karena itu ibu negara memberikan pendidikan budaya pada putrinya," ujarnya.

"Saat usia empat tahun saya didandani pakaian penari pria. Waktu itu pakaian penari kebyar duduk, saat itu tari kebyar duduk sangat terkenal di Jakarta. Lalu saya dicarikan guru tari untuk mengenal tarian daerah Indonesia, bukan hanya tari Bali, tapi tarian Nusantara lainnya" kenangnya.

Setelah usia tujuh tahun, iapun datang ke rumah neneknya di Blitar yang merupakan orang Bali.

Beliau yang dipanggil eyang putri, meminta Sukmawati harus bisa menari Bali.

"Di umur 7 tahun, di Blitar bersama eyang putri. Beliau sangat mempengaruhi keluarga Bung Karno tentang Bali. Di sana saya disuruh harus bisa tari Bali.

Beliau yang tahu gamelan lantas melantunkan gamelan, lalu saya diajarkan menari Bali," ujarnya.

"Jadi, kesenian Bali itu ada di dalam sukma saya sejak kecil. Dan ada pentas-pentas jadi saya semakin mahir. Lalu, lulus SMA, keadaan politik sangat pahit untuk keluarga Bung Karno. Guntur, Mega di-drop out dari universitas. Jadi saya berpikir, kalau saya masuk universitas pasti ditolak," ujarnya.

"Lalu saya memilih mengembangkan talenta ke seni Bali. Lalu saya mendaftar sebagai mahasiswi tari di Sekolah Tinggi Taman Ismail Marzuki. Tapi saat itu saya sangat tertarik pada tarian topeng.

Lalu oleh dosen diarahkan agar belajar tari topeng ke Bali di Nyoman Kakul," ujarnya.

Di tengah kepahitan hidup setelah ditinggal wafat oleh Bung Karno, Sukawati mengatakan gamelan bali menjadi terapinya.

Baca juga: SEJARAH Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Peristiwa Penculikan Soekarno-Hatta, Ini Teks Proklamasi

 "Musik Bali juga menjadi terapi, saya kembali lagi mendapatkan semangat. Gamelan itu suaranya bagi saya magis. Saya jadi semangat, dan tidak lagi putus asa. Sebelumnya sangat terpukul ketika bung Karno wafat. Saya tidak pernah melupakan Bali," tandasnya. (*)

Artikel lainnya di Berita Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved