Dana Kemanusiaan Kompas Salurkan Sumbangan pada Warga Terdampak Pandemi dan Banjir Rob Semarang
Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) kembali menyalurkan sumbangan kepada warga terdampak pandemi Covid-19 dan banjir rob di Semarang
TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA – Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) kembali menyalurkan sumbangan kepada warga terdampak pandemi Covid-19 dan banjir rob di Semarang secara bertahap, pada tanggal 1-5 November 2021.
Sejumlah 400 paket sembako dari himpunan donasi pembaca Harian Kompas ini disalurkan kepada masyarakat di Kampung Tambaklorok, Semarang.
Paket sembako tersebut terdiri dari beras, tepung terigu, gula, minyak goreng, sarden serta kebutuhan kesehatan berupa vitamin dan masker.
Baca juga: Jelang Galungan, Tingkat Konsumsi Daging Babi di Klungkung Masih Terpengaruh Kondisi Pandemi
Sumbangan paket sembako tersebut disalurkan oleh Forum Komunikasi Daerah (FKD) Semarang yang diwakili oleh perwakilan Harian Kompas, Toko Gramedia, Hotel Santika, Hotel Amaris, Radio Sonora, KGXpress, KompasTV, dan Tribun Jateng.
Ketua Forum Komunikasi Daerah Kompas Gramedia Semarang Victor Yoga mengatakan, “Bantuan itu berupa sembako yang diberikan dari pembaca Kompas.
Kami dipercaya menyalurkan bantuan itu kepada masyarakat yang terdampak pandemi korona dan rob,” ujarnya dalam penyaluran donasi pada 3 November 2021.
“Saya berharap bantuan itu dapat meringankan masyarakat,” tambah Victor.
Sumbangan tersebut menyasar ke beberapa pihak, yaitu 300 paket untuk warga kampung nelayan Tambakrejo, 30 paket untuk tukang becak dan pekerja di pasar Tambaklorok, serta 70 paket untuk tukang sapu jalanan sekitar Pelabuhan Tanjung Mas Semarang.
Selain itu, DKK akan memberikan bantuan buku untuk Taman Bacaan Kampung Nelayan Tambakrejo sebanyak 200 buku.
Baca juga: Ditimpa Pandemi, Penempatan Pekerja Migran Indonesia Alami Penurunan hingga 55 Ribu
Kepala Biro Jateng-DIY Harian Kompas Gregorius Magnus Finesso menambahkan, “Saat ini kami targetkan untuk masyarakat di sekitar pesisir pantai, karena warga di sekitar pesisir merupakan satu di antara warga yang terdampak, dan dari segi ekonomi menengah ke bawah,” ujar Gregorius.
Menurut Gregorius, selama pandemi Covid-19, di wilayah pantura Jateng, DKK telah menyalurkan ribuan paket bahan makanan pokok bagi korban bencana di Semarang dan Pekalongan, warga ekonomi lemah di permukiman kumuh, hingga penduduk pesisir.
Paket bahan makanan tersebut terdiri dari beras, mi instan, gula pasir, minyak goreng, teh, dan tepung.
Gregorius juga menambahkan, “Para donatur bisa menyalurkan bantuannya melalui Dana Kemanusiaan Kompas.”
Baca juga: Meski Pandemi, Peminat Tanaman Hias di Badung Tak Surut, Erna: Setiap Hari Ada Saja yang Beli
Donasi paket sembako ini merupakan bagian dari 17.000 paket sembako yang disalurkan selama masa pandemi sejak Juli 2021 hingga November 2021 oleh DKK.
DKK senantiasa menyalurkan bantuan yang dihimpun dari para pembaca Kompas untuk berbagai kelompok masyarakat yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Melalui kegiatan ini juga diharapkan dapat menginspirasi masyarakat lain untuk turut mengulurkan tangan dalam membantu sesama.
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi narahubung:
Anung Wendyartaka
Manajer Eksekutif Yayasan DKK
0816-4818-528
Sekilas mengenai Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK)
Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) adalah lembaga filantrofi media yang didirikan oleh Jakob Oetama dan P.K Ojong (founders Kompas Gramedia).
DKK bertransformasi menjadi Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas sejak 2011.
Cikal bakal DKK dimulai pada 1966 ketika Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin, mengajak media massa memberikan sekaligus mengumpulkan dana dari masyarakat untuk membantu masyarakat miskin.
Pemicu lainnya adalah penggalangan dana melalui dompet pembaca Harian Kompas untuk membantu korban banjir di Solo tahun 1966.
Sejak 1982, DKK tidak hanya mengumpulkan dana tetapi juga terjun langsung menyalurkan dana kepada korban bencana letusan Gunung Galunggung, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Kegiatan mengumpulkan dan menyalurkan dana pembaca secara langsung kepada korban bencana selanjutnya menjadi pola kerja. (*)