Berita Denpasar

Ketersediaan Babi untuk Galungan dan Kuningan di Denpasar Capai 3.374 Ekor, Kebutuhan Hanya 802 Ekor

Kebutuhan babi saat Galungan dan Kuningan di Kota Denpasar, Bali, sangat minim, ketersediaan 3.374 ekor, tapi kebutuhannya hanya 802 ekor

Penulis: Putu Supartika | Editor: Irma Budiarti
Istimewa
Salah satu peternak babi di Kabupaten Tabanan, Bali, yang sudah mulai mengisi kandangnya dengan beberapa ekor babi belum lama ini. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kebutuhan babi saat Galungan dan Kuningan di Kota Denpasar, Bali, sangat minim.

Dimana, kebutuhan tersebut hanya sebanyak 802 ekor.

Padahal ketersediaan babi di Denpasar saat ini mencapai 3.374 ekor.

Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Made Ngurah Sugiri mengatakan, ketersediaan babi ini paling banyak terdapat di Denpasar Timur yakni sebanyak 1.004 ekor.

Baca juga: Stok Babi Aman Sambut Galungan dan Kuningan, GUPBI: Konsumsi Daging Babi di Bali Kecil

Sementara itu, untuk kebutuhan babi di Denpasar Timur hanya 196 ekor.

Untuk di Denpasar Utara, ketersediaan babi sebanyak 691 ekor, dengan kebutuhan 139 ekor.

Denpasar Selatan memiliki ketersediaan babi sebanyak 892 ekor dengan kebutuhan 269 ekor.

“Sedangkan untuk Denpasar Barat, kebutuhan babi sebanyak 198 ekor.

Dengan jumlah ketersediaan babi sebanyak 787 ekor,” kata Sugiri yang dihubungi, Minggu 7 November 2021 siang.

Sugiri menambahkan, untuk saat ini di Kota Denpasar jarang ada masyarakat yang mepatung atau memotong babi secara berkelompok di banjar maupun sekaa.

Kebanyakan dari masyarakat membeli langsung ke pasar ataupun ke Rumah Potong Hewan (RPH) Pesanggaran, Kota Denpasar.

Oleh karenanya, pihaknya melakukan pengecekan antemortem atau sebelum hewan disembelih dan pengecekan hewan setelah disembelih atau postmortem.

Apabila ada kelompok masyarakat yang melakukan pemotongan secara swadaya bisa menghubungi kami untuk pengecekan antemortem dan postmortem.

“Nanti kami akan turunkan petugas untuk melakukan pengecekan,” katanya.

Baca juga: Hari Ini Panyekeban Galungan, Apa yang Harus Dilakukan?

Pengecekan ini dilakukan untuk antisipasi penyakit yang bersifat zoonosis atau yang bisa menular ke manusia.

Adapun penyakit yang diantisipasi, yakni streptococcus atau meningitis babi yang pernah terjadi dua tahun lalu/

Sistiserkosis yang disebabkan cacing pita, serta japanese encephalitis yang disebabkan oleh gigitan nyamuk melalui tubuh babi.

Pihaknya juga meminta inisiatif dari warga yang akan memotong babi di luar RPH untuk melapor ke Dinas Pertanian agar dilakukan pengecekan sebelum pemotongan maupun sesudah pemotongan babi.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pertanian Kota Denpasar Anak Agung Gede Bayu Brahmasta mengatakan.

Pasokan babi di Kota Denpasar untuk Hari Raya Galungan cukup melimpah setelah virus African Swine Fever (ASF) mereda.

Namun, setelah virus mereda, para peternak malah dihadapkan dengan tingkat permintaan babi jelang Galungan dan Kuningan malah menurun drastis.

"Kendalanya sekarang, masyarakat yang membeli daging babi sangat rendah akibat daya beli, para peternak harus bersabar lagi," katanya.

Dengan kebutuhan yang jauh dari ketersediaan babi, para peternak harus bersabar.

Baca juga: Jelang Galungan, Harga Minyak Goreng Kemasan Naik Jadi Rp17.300/Liter di Pasar Penamparan Denpasar

Sebab, di pasar juga menurut dia pembeli sangat menurun dengan kondisi perekonomian di tengah pandemi Covid-19 ini.

“Pembelinya yang memang menurun. Mungkin karena perekonomian mereka juga di tengah pandemi Covid-19 ini,” ungkapnya.

Sementara menurut Gung Bayu, harga daging babi masih terbilang tidak ada penurunan di angka Rp 80.000 sampai Rp 100.000 per kilogramnya.

(*) 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved