Human Interest

Cerita Adit dan Hani, Dari Jualan Pakai Gerobak, Kini Sukses Bangun Kedai Bernuansa Tropical Garden

Bisnis yang Hani dan Adit jalani ini berawal dari tahun 2015. Mulanya tidak diberi nama Kedai Nanu, namun Gubuk Kekasih.

Penulis: Arini Valentya Chusni | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Bali/Arini Valentya Chusni
Ni Made Hani Natalia dan I Gede Aditya Nugraha owner Kedai Nanu, mereka merintis usaha mulai menggunakan gerobak hingga kini punya kedai yang mengusung konsep tropical garden. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Arini Valentya Chusni

TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Kalau kata Bob Sadino, ijazah sangat penting untuk mertua dan pekerjaan, tapi tidak penting untuk pengusaha. 

Kata siapa sukses harus dimulai dari bangku perkuliahan?

Mungkin quotes di atas bisa menggambarkan perjuangan Ni Made Hani Natalia dan I Gede Aditya Nugraha dalam membangun usaha Kedai Nanu.

Kedai Nanu adalah warung makan yang mengusung konsep tropical garden dengan 2 lokasi yakni indoor maupun outdoor.

Baca juga: Makan Local Pizza Kedai Nanu, Restaurant dengan Konsep Tropical Garden yang Cocok untuk Piknik

Warung makan yang berlokasi di Jalan Padonan No. 53, Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali ini menawarkan sensasi makan di tempat yang sejuk layaknya di alam terbuka.

Bisnis yang Hani dan Adit jalani ini berawal dari tahun 2015. Mulanya tidak diberi nama Kedai Nanu, namun Gubuk Kekasih.

“Pemberian nama Gubuk Kekasih karena kami dulunya masih pacaran dalam merintis usaha ini, jadi belum sebesar sekarang,” terang Adit saat ditemui Tribun Bali.

Baca juga: Morning Coffee di Sayana Coffee, Coffee Shop Tawarkan Pemandangan Alam yang Menyegarkan

Setelah menikah di tahun 2016, mereka memutuskan untuk mengganti nama usahanya menjadi Kedai Nanu yang merupakan gabungan nama Natalia dan Nugraha.

Mulanya Kedai Nanu dimulai dengan jualan di gerobak pada 2015 awal hingga Juni 2015.

Dulunya mereka mengontrak dan membuka warunng secara kecil-kecilan, hingga mampu membuka cabang di Imam Bonjol.

Namun, karena terkendala waktu akhirnya mereka putuskan untuk fokus ke satu hal yakni membesarkan Kedai Nanu yang sekarang berlokasi di Tibubeneng, Canggu.

Baca juga: Mengenal Black Ivory Coffee, Kopi dengan Harga Tinggi yang Berasal dari Kotoran Gajah

Baik Adit maupun Hani tidak sampai mengenyam lulus berkuliah. Hani berhenti di semester 5 dan memutuskan untuk memulai bisnis, begitupun Adit.

“Saya mikirnya kesempatan tidak datang 2 kali, banyak penolakan dari keluarga, tapi ini harus saya manfaatkan, memang saya basic-nya tidak suka bekerja dengan orang, saya lebih suka bangun usaha sendiri, saya mikir kuliah masih bisa kapan-kapan kok di umur berapa saja,” tambah Hani.

Menurutnya, menimba ilmu tak hanya didapatkan dari bangku formal, tapi bisa didapatkan dari perjalanan hidup di luar sana.

Senada dengan Hani, Adit mulanya mengambil sekolah tata boga. Karena satu dan hal lainnya, ia pindah mengambil jurusan house keeping dan bekerja di salah satu hotel di kawasan Kuta.

Tak berselang lama bekerja di hotel, Adit memutuskan untuk bekerja di Bandara.

Tetapi itupun tak lama, selaras dengan istrinya, Adit lebih suka membangun usaha dibanding bekerja di bawah tekanan.

Dari kecintaannya akan alam, membuat mereka membangun konsep Kedai Nanu sebagai warung makan tropical garden yang menawarkan tempat segar penuh dengan pepohonan.

“Saya tanam sendiri semua bunga dan tanaman ini, karena memang suka bercocok tanam, saya rawat sendiri juga. Pokoknya bagaimana caranya agar pengunjung betah makan di sini,” tambah Adit.

Kiranya di masa pandemi seperti saat ini, Hani dan Adit memiliki omzet Rp100 juta yang dulunya Rp200 juta. 

Saat ditanya bagaimana mereka memutuskan untuk membangun bisnis, Hani menyampaikan bahwa ia merasa cocok dan bertemu dengan partner yang pas. Yang bisa saling memberikan motivasi dan semangat. 

Adit pun menambahkan cara mereka menyatukan pendapat yakni membutuhkan waktu healing time untuk saling intropeksi diri kemudian mencoba mengobrol lagi untuk berdiskusi.

Adit memberikan ruang berkarya untuk musisi lokal Bali untuk mengisi acara live akustik di setiap weekend di Kedai Nanu. 

Saat ditanya bagaimana cara mereka membangun kehangatan bersama 14 karyawan, mereka mengatakan untuk saling jaga komunikasi. Dari hal sepele saja, jika ada uneg-uneg antar karyawan, maka mereka menjadi mediator untuk menemukan solusinya.

Dulunya baik Adit dan Hani tidak berani jika dimintai keterangan bagaimana perjuangan membangun bisnis, namun seiring berjalannya waktu mereka sadar apa salahnya berbagi kepada sesama. 

“Saya juga masih terus belajar, saya bisnis jualan burung bangkrut, bisnis frozen food juga tidak jalan, ya ini saya tekuni bersama istri saya agar Kedai Nanu tetap jalan dan menumbuhkan inovasi menu baru lainnya,” ujar Adit yang telah dikaruniai tiga momongan ini.(*)

Artikel lainnya di Bali Paradise

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved