KISAH Spiritual Jero Balian Bayu, Belajar Mengobati dari Sang Ayah hingga Rutin Jalani Puasa
Apalagi ada beberapa teknik pengobatan Jero Balian Bayu, dilakukan dengan cara online atau jarak jauh
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Darah lebih kental dari air, demikian pepatah yang terkenal seantero negeri ini. Makna dibalik pepatah itu, sejatinya tidaklah sederhana.
Darah orang tua dan leluhur, akan mengalir kepada anak cucunya. Sedikit tidaknya membentuk karakter serta perilaku keturunan kelak. Demikian pula yang dirasakan Jero Balian Bayu.
Jero Balian Bayu adalah putra dari balian kondang Pulau Dewata, Jero Putu Robinson.
Ia kian dikenal, setelah viral di media sosial dengan nama akun Bayu Ivanders.
Baca juga: Jero Balian Bayu Jelaskan Metode Pengobatan Online
Di akun tersebut, ia menuangkan berbagai kegiatan kesehariannya. Termasuk kegiatannya menjadi balian, dan mengobati pasien-pasiennya.
Tentu saja kegiatan spiritual balian tersebut, dengan cepat menarik minat netizen. Apalagi ada beberapa teknik pengobatan Jero Balian Bayu, dilakukan dengan cara online atau jarak jauh.
Teknik pengobatan online ini, dilakukan via video call secara online (dalam jaringan). Sontak hal tersebut pun, menimbulkan pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat.
Namun sebelum membahas itu lebih lanjut, Jero Balian Bayu memaparkan kisahnya menjalani dunia spiritual sebagai balian. Bukan baru, sebab sedari kecil ia telah merasakan adanya panggilan spiritual ini.
“Bahkan leluhur saya ada yang menjadi balian, dalam proses membantu persalinan atau dukun beranak,” sebutnya.
Sehingga dengan adanya aliran darah balian di nadinya ini, membuat Jero Balian Bayu tidak bisa menghindari takdir untuk meneruskan warisan keluarga, menjadi seorang balian.
“Sekalipun passion saya adalah binaragawan, dan saya masih bekerja di fitnes center. Namun menjadi balian adalah hal lain yang harus dijalani,” tegasnya dalam program Bali Sekala-Niskala Tribun Bali.
Hal lain yang kerap menjadi perhatian publik, tatkala Jero Balian Bayu membuat tagline putra Bhatara Bayu.
Ia menjelaskan, secara mitologi disebutkan bahwa putra Bhatara Bayu adalah Dewa Hanoman. Konon putra lainnya adalah Sang Bima, salah satu bagian Panca Pandawa.
“Saya pernah bertanya pada ayah saya, mengapa nama saya Bayu?” katanya.
Baca juga: Bincang dengan Jero Balian Bayu: Sembuhkan Pasien melalui Online
Jero Putu Robinson menjawab, karena kelahiran Jero Balian Bayu pada hari Kamis. Hari yang identik dengan angin.
Alasan lainnya, kata dia, karena Jero Balian Bayu kerap bermimpi dicari oleh Dewa Hanoman.
Pernah suatu saat, ia bermimpi tersesat, lalu berada di lautan dengan ombak yang sangat besar. Kemudian diselamatkan oleh Dewa Hanoman, dan terkadang muncul pula sosok pendeta tua berpakaian putih.
“Dari sana ayah saya berkata, bahwa saya akan meneruskan menjadi balian di rumah,” ucapnya.
Namun karena ia masih muda dan merasa belum mumpuni, ia pun terus belajar dari sang ayah.
Hingga akhirnya Jero Balian Bayu menikah, dan diharuskan mawinten oleh sang ayah. Tak lama setelah itu, ada yang datang minta diobati olehnya. Padahal ia tidak kenal dengan orang tersebut, dan sama sekali belum pernah mengobati.
“Jadi setelah sembahyang ke Besakih, ada yang datang ke saya. Lehernya bengkak dan sering mimpi buruk, sakitnya terasa setelah menjelang malam atau sandya kala. Setelah saya sentuh, terjadilah reaksi kesakitan, teriak-teriak, dan tiba-tiba muntah,” sebutnya.
Dari sana kemudian segalanya mengalir begitu saja, dan Jero Balian Bayu kian sadar bahwa ia harus menjalani ini semua.
“Jadi praktek mengambil pasien itu baru-baru ini, kalau wangsit mau jadi balian sudah ada sejak SMP,” imbuhnya.
Ia menceritakan, saat ia duduk di bangku SD sering ada anak yang kesurupan. Namun entah mengapa, begitu disentuh anak yang kesurupan itu seketika sadar.
Baca juga: Mengenal Bayu Gana, Penggabungan Berbagai Ilmu Tenung dan Ramalan
Sadar sedari lama, tak membuat Jero Balian Bayu jumawa. Ia belajar dari ayahanda agar tetap membumi dan tidak sombong.
Ayahnya pun mengajarkan terus berdoa, puasa, meditasi, dan malukat. Serta menjauhi beberapa pantangan, seperti berjudi, minum alkohol, dan masih banyak hal lainnya yang perlu dihindari.
“Terkadang saya puasa full tidak konsumsi apapun, dari matahari terbit sampai terbenam. Terkadang puasa mamutih hanya konsumsi nasi putih dan air putih saja, lalu itu dilakukan saat hari suci Purnama dan Tilem,” sebutnya. Tidak memakan daging kaki empat terutama daging sapi.
Jero Balian Bayu menjelaskan, seekor sapi adalah seorang ibu yang mampu menghidupi anak-anaknya dengan susu. Kemudian susu itupun, diminum oleh manusia membuat sehat dan pintar.
Sisi lainnya, sapi berhubungan erat dengan Dewa Siwa. Sehingga sangat disucikan di Bali ataupun dalam ajaran Hindu. Sisanya Jero Balian Bayu hanya memanjatkan doa kepada sesuhunan, karena setiap balian mempunyai sesuhunan.
Memohon keselamatan, kerahayuan, dan meminta agar semeton matamba segera disehatkan kembali. Walaupun telah mengambil praktek, namun Jero Balian Bayu tidak 100 persen fokus menjalani profesi sebagai balian. Sebab ia masih menjadi trainner di gym.
“Karena saya menghormati ayah, jadi kalau ada pasien tentu saya arahkan ke ayah saya terlebih dahulu,” ungkapnya.
Mengenai pengobatan online, biasanya dilakukan karena pasiennya berjarak sangat jauh. Bahkan tak jarang berada di luar daerah, ataupun di luar negeri. Walaupun banyak yang mencibir, namun Jero Balian Bayu menjelaskan dengan diplomatis.
“Logika saja, jika ilmu hitam seperti santet, bebai, teluh, bisa dikirim dari jarak jauh untuk menyakiti seseorang. Lalu mengapa kita tidak bisa mengobati jarak jauh juga,” tegasnya.
Sebab pengobatan yang dilakukan Jero Balian Bayu, adalah mentransfer energi positif ke pasien yang terbelenggu oleh energi negatif.
Doa-doa baik diuncarkan dan dipancarkan untuk menghalau sihir dan mantra negatif. Tentu saja hal ini memang tidak bisa dijelaskan secara sederhana.
“Biasanya saat pengobatan, akan terjadi reaksi teriak-teriak, kepanasan, dan muntah-muntah,” imbuhnya.
Ia hanya ikut mengambil kemudahan dari bantuan teknologi yang ada untuk pengobatan tradisional sebagai balian. (*)