Berita Bali

Sebulan Penerbangan Internasional Dibuka, Tak Satupun Wisman Datang ke Bali, ASITA: Ada Apa?

Sebulan Sudah Penerbangan Internasional Dibuka, Tak Satupun Wisman Datang ke Bali, ASITA: Ada Apa?

Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/Rizal Fanany
Ilustrasi - Suasana Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali terlihat lengang saat resmi dibuka untuk melayani penerbangan internasional, Badung, Kamis 14 Oktober 2021. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan membuat pelaku industri turisme di Bali tak kunjung usai mengeluh.

Terlebih lagi, sebulan sudah penerbangan internasional di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali dibuka, tetapi tak satupun turis mancanegara yang berkunjung ke Pulau Dewata.

Padahal, pembukaan kembali penerbangan internasional di Bandara Ngurah Rai diharapkan bisa mendatangkan wisman sehingga pariwisata Bali perlahan-lahan pulih.

Lantas, mengapa belum ada wisman yang datang dan berkunjung ke Bali?

Ketua Dewan Pengurus Daerah Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (DPD ASITA) Bali, Putu Winastra mengaku heran dengan tidak adanya wisman yang datang ke Bali.

"Saya kira saya perlu diluruskan border Bali dibuka, sampai saat ini sebulan lebih sama sekali belum ada pergerakan wisman datang ke Bali. Jadi ini yang menjadi pertanyaan kita, ada apa? Kok border sudah dibuka, tetapi tidak ada wisatawan. Berarti ada kebijakan yang kurang tepat," kata dia, Kamis (18 November 2021).  

Winastra merinci, setidaknya ada tiga hal yang menurutnya penerapannya kurang tepat.

Putu Winastra, Ketua DPD Asita Bali.
Putu Winastra, Ketua DPD Asita Bali. (Istimewa)

Pertama, cara apply e-visa yang dinilai terlalu rumit. Selain itu, kuota visa kunjungan termasuk visa-visa yang lain hanya 1.500 visa dalam satu hari. Jumlah tersebut menurutnya masih minim.

"Ketika kita meng-apply sesuatu dengan jumlah terbatas dari awal sudah terjadi kesulitan-kesulitan. Nah sekarang orang yang mau bepergian untuk last year liburan dari awal dia sudah mempunyai hambatan maka otomatis turis akan mengurungkan niatnya untuk bepergian," tambahnya. 

Kedua, karantina selama tiga hari menurutnya sangat menyiksa wisatawan yang akan berlibur ke Bali.

Padahal, kata dia, pemerintah bisa berkaca pada Phuket Sandbox, Thailand yang tidak menerapkan karantina.

Meski begitu, turis-turis akan stay di hotel pada hari pertama sembari menunggu hasil PCR-nya keluar. 

Baca juga: BTB Soroti Penerbangan Internasional Tiap 2 Jam di Bandara Ngurah Rai, Ini Tanggapan Angkasa Pura I

"Kalau negatif, mereka akan langsung bisa bebas kemana saja. Karena kan kepulauan jadi hampir sama dengan Bali. Jadi solusinya adalah karantina ditiadakan. Kalaupun iya, ya sambil menunggu PCR atau karantina di Bali. Jadi Pulau Bali sebagai tempat karantina. Terakhir info karantina akan dilakukan 3 × 24 jam. Bisa dirasakan misalnya stay satu hari satu malam dikamar tidak kemana-mana bosan kan," lanjutnya. 

Ketiga, terkait direct flight. Winastra mengatakan, tidak ada pesawat penerbangan internasional dari luar negeri, terutama Eropa, yang datang direct ke Bali. Kebanyakan maskapai harus transit.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved