Berita Denpasar
Ngerebong di Kesiman Denpasar Berlangsung di Bawah Hujan Gerimis, Puluhan Orang Kerauhan
Proses ngerebong ini dimulai pada pukul 16.00 Wita dan puluhan orang baik lelaki maupun perempuan kerauhan.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Wema Satya Dinata
Sehingga secara pelaksanaan, pengerebongan ini akan digelar sebagaimana mestinya.
Akan tetapi, dalam pelaksanaannya dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan.
“Kami dari prajuru desa, bagi yang belum vaksin 2 kali sangat dilarang ikut prosesi ini. Dan untuk pemedek yang tangkil ke pura juga dibagi-bagi untuk menghindari adanya kerumunan,” kata Wisna.
Terkait dengan vaksin dua kali ini, pihaknya mengaku sudah melakukan komunikasi dengan prajuru di masing-masing banjar.
Pihaknya menambahkan, hampir semua warga Desa Adat Kesiman sudah mengikuti vaksinasi sebanyak dua kali.
Bahkan, pihaknya juga menyiapkan masker bagi pemedek yang datang tidak memakai masker akan diberikan masker.
Budayawan yang juga tetua Desa Adat Kesiman, I Gede Anom Ranuara mengatakan ngerebong pada intinya merupakan sebuah peringatan suksesnya atau kejayaan raja-raja pada zamannya yang dikemas dengan sistem religi untuk memperkuat dan mengeksistensi keberhasilan raja saat itu.
“Karena dilihat dari Pura Petilan ini adalah senter upacara tempat upacara besar di kesmiman. Ini ritual atau pengilen atau prosesi dari sejarah kejayaan itu. Dimana Raja Kesiman sempat melaksanakan ekspansi ke Sasak, Lombok,” katanya.
Ekspansi tersebut dilakukan dengan tiga tahap yakni penyerangan, penggempuran, dan keberhasilan.
Untuk keberhasilan penggempuran ada beberapa ritual di Pura Uluwatu yang dilakukan raja dan ada beberapa kaul untuk dapat kesusksesan.
Baca juga: Seorang Wanita Disekap Pasangan Prianya di Kamar Kos, Diduga Dilecehkan dengan Dijanjikan Uang
Pertama raja memohon ke Pura Uluwatu dan dianugerahi keris yang bernama Ki Cekle.
Dengan menggunakan keris itu Sasak pun ditakklukkan.
“Sasak tak mau mengalah dan meminta diadakan adu jangkrik. Raja menerima dan menggunakan jangkrik betulan tapi di sana menggunakan jangkrik siluman sehingga sempat kalah dan kembali ke Uluwatu biar menang adu jangkrik,” jelasnya.
Saat itu konon ada sabta sesuhunan di Pura Uluwatu yang meminta raja ngereh lemah atau ngereh siang hari.
Raja menyanggupi dan setelah itu raja diminta mengambil pemicu (pengilitan) jangkrik di Pura Muaya Jimbaran, mencari makanannya di Pura Dalem Kesiman berupa jepun putih dan jangkrik berupa jangkrik kuning diambil di Padanggalak.