Berita Bali

Cuaca Ekstrem Diperkirakan Masih Terjadi di Beberapa Wilayah Bali, BMKG Beberkan Faktor Penyebabnya

Kota Denpasar diprediksi tidak mengalami cuaca se-ekstrem hujan dengan kategori sangat lebat hingga ekstrem yang terjadi pada Minggu 5 Desember 2021

Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Wema Satya Dinata
Tribunnews.com
ilustrasi Cuaca ekstrem 

Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar memprediksi masih terjadi cuaca ekstrem di beberapa wilayah di Bali dalam prospek cuaca ke depan..

Namun tidak semua wilayah di Bali terdampak prospek cuaca ekstrem pada Selasa 7 Desember 2021 esok dan Rabu 8 Desember 2021 lusa.

Kota Denpasar diprediksi tidak mengalami cuaca se-ekstrem hujan dengan kategori sangat lebat hingga ekstrem yang terjadi pada Minggu 5 Desember 2021 hingga Senin 6 Desember 2021 dini hari tadi.

Hal ini disampaikan Koordinator Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar, Dwi Hartanto ketika dikonfirmasi Tribun Bali, Senin 6 Desember 2021.

Baca juga: Denpasar Dikepung Banjir, BMKG Sebut Ada Pola Konvergensi di Wilayah Bali

"Prospek cuaca 6 Desember 2021 ini masih berpotensi hujan ringan hingga lebat di sebagian besar wilayah bali pada sore hingga malam hari. Dan pada Selasa 7 Desember 2021 wilayah yang berpotensi hujan sedang-lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat adalah Buleleng, Karangasem, Jembrana, Tabanan, Badung dan pada Rabu 8 Desember 2021 potensi cuaca ekstrem hanya di wilayah Buleleng dan Jembrana," paparnya

Ia menjelaskan, berdasarkan data 28 titik pos hujan di seluruh wilayah Bali mencatat curah hujan di atas 100 mm/hari.

Seperti halnya curah hujan di wilayah Bali bagian selatan yang tercatat di Stasiun Meteorologi Ngurah Rai : 177.4 mm/hari, Stasiun Geofisika Sanglah :187.5 mm/hari, Pos Balai III : 188.2 mm/hari, Pos Celuk, Sukawati : 226.0 mm/hari.

"Curah hujan lebih dari 150 mm/hari merupakan kategori hujan ekstrem," jelasnya.

Dwi menjelaskan, hujan ekstrem di wilayah Bali disebabkan oleh faktor meteorologis seperti, sebagian besar wilayah Bali memasuki musim hujan.

"Indeks ENSO di NINO 3.4 adalah -0.52. Faktor ini secara signifikan meningkatkan potensi hujan di Indonesia," kata dia.

Selain itu, terdapat pola konvergensi angin di wilayah Bali dan sekitarnya.

"Hal tersebut menyebabkan penumpukan massa udara dan mendukung pertumbuhan awan - awan hujan di wilayah Bali. Serta Massa udara basah terkonsentrasi dari lapisan permukaan hingga lapisan 200 mb (12.000 meter,-red)," paparnya.

Sedangkan, suhu muka laut di sekitar wilayah Bali berkisar antara 29 - 30 derajat celcius.

"Suhu muka laut yang hangat dapat meningkatkan potensi penguapan atau penambahan massa uap air di wilayah Bali," ujarnya.

Baca juga: BMKG: Potensi Banjir Rob Terjadi Sampai 9 Desember di Bali

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved