Serba Serbi
Pegatwakan, Akhir dari Serangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan Sebentar Lagi
Kini tiba saatnya memasuki wuku Pahang. Wuku Pahang diperingati selama seminggu, sejak tanggal 12-18 Desember 2021
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Wartawan Tribun Bali, Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Setelah perayaan Galungan di wuku Dungulan, dan perayaan Kuningan di wuku Kuningan.
Kini tiba saatnya memasuki wuku Pahang. Wuku Pahang diperingati selama seminggu, sejak tanggal 12-18 Desember 2021.
Dalam lontar Sundarigama, disebutkan bahwa pada hari Rabu Kliwon wuku Pahang dinamakan Pegatwakan.
Kata tersebut berarti batas akhir melakukan dhyana semadi, dalam rangkaian perayaan hari suci pada wuku Dungulan. Yang pula diartikan akhir dari puncak paleburan.
Baca juga: Pengamen Bermunculan di Klungkung, Kenakan Pakaian Adat, Terpantau Sebelum Galungan
Di dalam lontar Sundarigama, koleksi Geria Gede Banjarangkan, Klungkung, dijelaskan bahwa ungkapan pegatuwakan adalah 'pegat ing tirisan' atau 'pegat ing warah'.
Kata tirisan' artinya pohon kelapa, dan kemungkinan maksud kata tirisan ini dianalogikan dengan kata twak pada pegatwakan.
Twak atau tuak sendiri berarti nira, kulit. Yang kemudian diasosiasikan dengan arti kata wak, yang berarti bicara, suara, bahasa, bunyi, kata, dan kalimat.
Semua arti ini dicari di kamus Zoetmulder. Kemudian puncak paleburan yang dimaksud adalah 'pralina balung dungulan'.
Dimungkinkan maksudnya, adalah peleburan kekuatan negatif yang muncul akibat pengaruh kekuatan Sang Hyang Kala Tiga tatkala turun saat wuku Dungulan.
Sehingga sejak penampahan Galungan, umat Hindu memotong hewan kurban untuk persembahan suci.
Namun hal ini lebih diarahkan sebagai aktivitas budaya, yang tiada lain adalah simbol.
Sebab filosofi memotong hewan, saat upacara yadnya adalah untuk menghilangkan sifat bhuta dalam diri.
Serta memberikan jalan yang lebih baik, pada hewan yang disembelih agar reinkarnasi menjadi makhluk yang lebih tinggi derajatnya. Sehingga bisa memperbaiki karmanya.
Dijelaskan lagi, pengaruh kekuatan negatif bisa saja muncul melalui perkataan atau wak, selain pula muncul dari perbuatan dan pikiran.
Baca juga: Hari Ini Pemacekan Agung, Momen Mengembalikan Sang Bhuta Galungan dan Pengikutnya