Berita Buleleng

Kasus Covid-19 Melandai, Angka Inflasi di Buleleng Meningkat

Indeks inflasi di Buleleng pada Oktober 2021 menunjukkan angka sebesar 0.08 persen.

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Setda Buleleng, Ni Made Rousmini 

TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Indeks inflasi di Buleleng pada Oktober 2021 menunjukkan angka sebesar 0.08 persen.

Hal ini salah satunya dipicu oleh kenaikan harga perlengkapan dan peralatan rumah tangga.

Kendati demikian angka tersebut dinyatakan masih relatif aman, dan bergerak ke arah positif. 

Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Setda Buleleng, Ni Made Rousmini mengatakan,  melandainya kasus terkonfirmasi Covid-19 di Buleleng memberikan dampak positif terhadap kondisi perekonomian. 

Baca juga: UPDATE Covid-19 8 Desember 2021: Bertambah 264 Kasus Baru, 351 Sembuh & 16 Meninggal

Di mana ketersediaan komoditas dan keterjangkauan harga mulai terkendali. Sehingga angka inflasi pada Oktober mulai bergerak ke arah positif yakni 0.08 persen.

Sementara bila dibandingkan saat terjadi lonjakan kasus terkonfirmasi atau tepatnya pada Juli 2021, angka inflasi mencapai 0.19 persen. 

Angka inflasi pada Oktober ini sebut Rousmini masih relatif aman.

Sebab target inflasi menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebesar 3.5 persen.

"Bulan Oktober, tingkat inflasi di Buleleng 0.08 persen. Atau secara kumulatif dari Januari hingga Oktober angka inflasinya 0.55 persen. Sementara pada 2020 lalu angka inflasi mencapai 2.48 persen. Jadi hingga Oktober 2021 masih relatif aman," katanya. 

Rousmini menyebut, meski mengalami inflasi, kondisi perekonomian saat ini justru membaik.

Daya beli masyarakat utamanya untuk kebutuhan konsumsi mulai meningkat.

"Contohnya seperti di wilayah perkotaan tempat nongkrong dan warung-warung yang ada di Pantai Penimbangan."

Baca juga: BIN Bali Gelar Vaksinasi Covid-19 Serentak di Seluruh Bali, Targetkan 13.600 Dalam Sebulan

"Saya lihat mulai ramai dikunjungi masyarakat. Artinya masyarakat masih bisa berbelanja untuk kebutuhan konsumsi. Buleleng juga syukurnya punya lahan pertanian yang luas, petani masih bisa berproduksi," ungkapnya. 

Sementara terkait penyebab inflasi pada Oktober, ungkap Rousmini cukup dipengaruhi oleh sektor perlengkapan, perlatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga, dengan angka mencapai 1.17 persen.

Sementara komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah cabai merah, minyak goreng, beras, daging ayam ras, canang sari, cabai rawit, wafer, nangka muda, air kemasan, pasta gigi, jeruk, kentang, sawi hijau, buncis, sabun cuci piring, rokok putih, minyak rambut dan hand body lotion. 

Baca juga: Disiplin dan Aktif Tegakkan Prokes Covid-19, SatPol PP Kota Denpasar Raih Penghargaan

"Harga minyak goreng memang ada kenaikan. Tapi kenaikan ini tidak terlalu membuat masyarakat menjerit. Tidak seperti cabai. Mudah-mudahan itu tidak menjadi pemicu inflasi pada Desember."

"Dinas Dagprinkop UKM Buleleng nanti akan melaksanakan operasi pasar, utamanya untuk nengantisipasi terjadi penimbunan saat Nataru," tambahnya. (*)

Berita lainnya di Berita Buleleng

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved