Serba serbi
Kisah Dewi Uma Menjadi Durga hingga Terwujud Simbol Barong dan Rangda
Dewi Durga, Dewi Parwati, dan Dewi Uma adalah satu kesatuan dalam wujud yang berbeda.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dewi Durga, Dewi Parwati, dan Dewi Uma adalah satu kesatuan dalam wujud yang berbeda.
Perubahan dari Dewi Uma menjadi Dewi Durga, bukanlah tanpa alasan. Kisahnya tertulis di dalam lontar Kala Maya Tattwa.
Dikisahkan bahwa di sorga loka sedang ada rapat, yang diadakan dan dipimpin oleh Dewa Siwa, Sadasiwa, dan Paramasiwa sebagai lambang Tri Purusa.
Kemudian Dewi Uma beserta para bidadari, bertugas melayani selama rapat berlangsung.
Baca juga: Manifestasi Siwa-Uma, Berikut Filosofi Pentingnya Barong dan Rangda di Bali
Tatkala rapat sedang berlangsung, hal yang tidak diinginkan pun terjadi.
Dewi Uma mengalami kotor kain, atau yang lazim dikenal menstruasi.
Seharusnya ia pamit undur diri dari acara tersebut, namun Dewi Uma malah menutupinya.
Padahal sesuai peraturan di sorga loka, bahwa wanita yang sedang kotor kain tidak boleh hadir dan mengikuti kegiatan di sorga loka.
Tentu saja lambat laun, kejadian haidnya Dewi Uma segera diketahui oleh para dewa yang mengikuti rapat.
Namun Dewi Uma masih cuek saja, dan tetap tidak beranjak dari sana.
Hal itu akhirnya diketahui oleh Sadasiwa yang memimpin rapat.
Hal ini pun diberitahukan ke Paramasiwa. Tak dinyana, tetesan darah kotor kain itu jatuh dan diketahui Paramasiwa.
Baca juga: Luncurkan Gema Siwa Puja, Desa Adat Diajak Lakukan Pengawasan Partisipatif Saat Pemilu dan Pilkada
Akhirnya beliau murka dan mengusir Dewi Uma dari sorga loka.
Dewi Uma pun dikutuk menjadi Durga dan bertempat tinggal di setra gandamayu atau kuburan.