Serba serbi
Kisah Dewi Uma Menjadi Durga hingga Terwujud Simbol Barong dan Rangda
Dewi Durga, Dewi Parwati, dan Dewi Uma adalah satu kesatuan dalam wujud yang berbeda.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
"Ngereh di kuburan guna meminta kepada beliau (Dewi Durga) agar diberkati diberikan karunia, khususnya kepada barong dan rangda yang akan disungsung menjadi sesuhunan," ucapnya.
Pria dengan nama asli Komang Indra Wirawan ini, mengatakan bahwa ngereh bisa dilakukan berkali-kali.
Tentunya setelah melakukan segala prosedur sekala-niskala yang sesuai. Serta disetujui oleh desa adat, dan masyarakat. Khususnya jika ingin menggunakan setra di luar wilayahnya.
"Biasanya ida sesuhunan yang meminta di mana beliau mau ngereh, terkadang pamundut beliau yang juga meminta atas seizin beliau," katanya.
Sehingga ngereh pun bisa dilakukan berkali-kali. Bahkan menurut praktisi seni budaya ini, ngereh merupakan proses naik kelas bagi patapakan atau palawatan ida bhatara berupa barong dan rangda tersebut.
Sebab ngereh tujuannya mendatangkan roh atau kekuatan sakti, karunia dari ida bhatara-bhatari yang berstana di Pura Dalem.
Khususnya karunia dari Dewi Durga dan Dewa Siwa. Sehingga patapakan atau palawatan barong dan rangda ini, bisa melindungi masyarakat sebagai simbol Dewa Siwa dan Dewi Uma.
Ngereh bisa dilakukan pada patapakan barong dan rangda, yang baru selesai dibuat dan diupacarai dengan bebantenan.
Serta dapat pula dilakukan bagi patapakan yang sudah ada, namun habis diperbaiki atau direhab. Begitu selesai direhab maka kembali dilakukan ritual ngereh untuk memberi kehidupan pada patapakan tersebut.
Ngereh pun biasanya dilakukan tengah malam hari, dalam suasana hening di kuburan. Ritual mistik ini ditujukan untuk mendapatkan kekuatan Sakti Panca Durga. Uniknya karena proses ini sangat tenang dan sakral, maka bagi yang ingin ikut menyaksikan harus berada pada jarak yang cukup jauh.
Sehingga prosesnya berjalan dengan lancar.
"Begitu kekuatan beliau datang, dalam bentuk apapun itu. Maka pakudan atau yang menyungsung barong dan rangda ini akan memakai dengan sendirinya tapel tersebut," katanya.
Namun begitu hal tersebut terjadi, jangan dahulu dilepas harus ada bebantenan yang dihaturkan oleh pemangku. Kemudian pemangku bertanya, siapa yang hadir ke dalam raga pakudan tersebut.
Apabila pakudan yang telah kerauhan tersebut menyebutkan nama yang benar, maka baru dipersilakan untuk ngereh.
"Saat itu begitu kita lepas, maka pakudan akan menari-nari tanpa sadar. Kemanapun kita mengejar tidak akan bisa diikuti oleh manusia biasa," ucapnya. Walaupun beban dari barong dan rangda itu berat, namun tatkala beliau hadir maka pakudan pun bisa berlari dengan badan yang terlihat sangat ringan. Inilah yang disebut keajaiban dan kekuatan niskala. (*)
Artikel lainnya di Serba serbi