FENOMENA Solstis Desember: Terjadi Antara 20-21 Desember, Durasi Malam dan Siang Lebih Panjang

FENOMENA Solstis Desember: Terjadi Antara 20-21 Desember, Durasi Malam dan Siang Lebih Panjang

Editor: Widyartha Suryawan
LAPAN
Ilustrasi - FENOMENA Solstis DesemberDesember: Terjadi Antara 20-21 Desember, Malam dan Siang Lebih Panjang 

TRIBUN-BALI.COM - Fenomena Solastis Desember ramai dibicarakan warganet, khususnya di TikTok.

Solastis Desember diprediksi terjadi antara tanggal 20-21 Desember.

Dilansir dari Kompas.com, Solstis menyebabkan malam tampak lebih panjang daripada biasanya.

Tidak hanya berpengaruh terhadap keadaan malam yang dirasakan lebih panjang oleh masyarakat di Belahan Bumi Utara.

Lantas, apa itu fenomena Solstis Desember?

Solstis Desember atau Titik Balik Matahari di Bulan Desember adalah fenomena ketika Matahari berada paling selatan dari ekuator ketika tengah hari.

Peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Badan Ristek dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang menjelaskan, Solstis Desember umumnya terjadi antara tanggal 20-21 Desember dan bergeser dalam waktu ratusan hingga ribuan tahun.

Pergeseran ini disebabkan oleh presesi apsidal, yakni bergesernya titik perihelion Bumi (titik terdekat Bumi dari Matahari) terhadap titik pertama Aries/Hamal.

Adanya fenomena Solstis pada 21 Desember 2021 dibenarkan oleh peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Badan Ristek dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang.

Dia menegaskan, fenomena solstis bukanlah fenomena berbahaya dan tidak menyebabkan bencana.

“Masyarakat tidak perlu khawatir, panik dan tidak perlu percaya dengan hoax yang beredar. Solstis hanyalah fenomena astronomis biasa,” ujar Andi saat dihubungi Kompas.com, Minggu (19/12/2021).

Andi menjelaskan, solstis hanyalah kondisi ketika belahan selatan Bumi condong ke Matahari, sehingga Matahari akan terbit dan terbenam agak ke arah selatan (dari timur-tenggara hingga barat-barat daya), dibandingkan hari-hari lainnya.

Saat solstis, panjang siang di belahan bumi selatan akan lebih lama dibanding panjang malam.

Sebaliknya, panjang malam di belahan bumi utara akan lebih pendek dibanding panjang siang.

Meski demikian, dirinya menegaskan bahwa Solstis tidak berbahaya dan merupakan fenomena astronomis biasa.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved