Berita Badung

Kolaborasi Tari Kecak dengan Ogoh-ogoh, Jadi Daya Tarik Tersendiri Bagi Pengunjung GWK Cultural Park

Kolaborasi Tari Kecak dengan Ogoh-ogoh, Jadi Daya Tarik Tersendiri Bagi Pengunjung GWK Cultural Park

Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Harun Ar Rasyid
(Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin)
Pertunjukan kolaborasi tari Kecak dengan Ogoh-ogoh di GWK Cultural Park, Minggu (26/12/2021) petang. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin

TRIBUN BALI.COM, MANGUPURA - Seiring dengan mulai dibukanya beberapa destinasi wisata di Bali, GWK Cultural Park pun berbenah guna menyambut para wisatawan.

Sebagai salah satu ikon pariwisata Bali, GWK Cultural Park berkomitmen untuk menyuguhkan berbagai karya seni budaya Bali kepada para pengunjung.

Hal ini sejalan dengan visi dan misi GWK Cultural Park untuk menjadi destinasi wisata terbaik yang mendukung pelestarian dan perkembangan seni budaya di Bali.

Di bulan Desember ini, GWK Cultural Park dengan bangga mempersembahkan pertunjukan Tari Kecak Garuda Wisnu Kencana, yang akan menjadi Signature Art Performance di GWK Cultural Park.

Berbeda dengan Tari Kecak pada umumnya, Tari Kecak Garuda Wisnu Kencana merupakan sebuah karya seni tari kreasi yang menyuguhkan Kolaborasi Tari Kecak dengan Kesenian Ogoh-Ogoh.

Tidak ada biaya tambahan untuk menyaksikan pementasan Tari Kecak ini.

“GWK Cultural Park secara konsisten dan berkelanjutan selalu menampilkan budaya Bali sebagai konten utamanya. Mulai dari penampilan Tari Kecak, sampai ke Lomba Ogoh Ogoh, Lomba Sketsa dan juga lomba tari yang sukses sudah kami lakukan," ujar Marketing & Event Division Head GWK Cultural Park, Andre Prawiradisastra, Minggu (26 Desember 2021).

Pada masa sebelum pandemi kami menampilkan secara rutin Sendratari Bali di Amphitheater, namun dimasa pemulihan pandemi ini kami masih menjajaki lebih lanjut.

"Demikian pula dengan Tari Kecak Garuda Wisnu Kencana yang saat ini kami pentaskan setiap Jumat, Sabtu dan Minggu. Apabila kondisi semakin membaik, pertunjukan Tari Bali di Amphitheater akan kembali dipentaskan setiap hari,” imbuh Andre.

Pertunjukan tari kecak di GWK Cultural Park merupakan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang belum pernah ada di tempat lain yaitu Tari Kecak kolaborasi dengan Ogoh-ogoh.

Kenapa membuat kolaborasi ini? Karena kita ingin menyeguhkan diverensiasi atau perbedaan dengan tempat lain dan dapat menjadi alternatif bagi yang sudah pernah menonton tari kecak tetapi yang ada di GWK Cultural Park ini berbeda.

"Dan pertunjukan ini juga dalam rangka memanfaatkan trafik kunjungan akhir tahun yang setiap tahun pasti banyak kesini. Maka dari itu kita suguhkan sesuatu yang berbeda saat ke GWK Cultural Park," jelas Andre.

Pertunjukan tari Kecak ini pun menjadi daya tarik tersendiri bagi sejumlah wisatawan domestik.

"Menurut saya penampilan tari kecak di GWK ini bagus, memunculkan nostalgia lama yang dulu sempat kesini sebelum patung GWK nya jadi," ungkap salah satu pengunjung, Aji Alfiatul Nugroho.

Hal senada juga disampaikan Adi dan Ateng yang mengapresiasi jalan cerita dari tari Kecak yang ditampilkan di GWK Cultural Park.

"Tariannya bagus, keren yang pasti unsur budayanya tetap terjaga dan jalan ceritanya juga bagus. Pasti kita ingin kesini lagi," imbuh keduanya.

Untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan yang berkunjung, GWK Cultural Park
menerapkan protokol kesehatan (CHSE) bagi wisatawan dan pengunjung.

Para penari wajib untuk mengenakan masker dan face shield saat tampil sesuai dengan aturan protokol kesehatan.

Demikian pula dengan wisatawan yang berkunjung ke GWK Cultural Park diwajibkan melakukan check in pada aplikasi PeduliLindungi atau menunjukkan sertifikat vaksin, wajib mengenakan masker serta mematuhi aturan pembatasan jarak selama di dalam kawasan.

Selain itu dilakukan pula pemindaian suhu tubuh, dengan diberikan stiker penanda bagi wisatawan yang suhu tubuhnya tidak melebihi ambang batas yang ditetapkan.

GWK Cultural Park optimis bahwa industri pariwisata di Bali akan dapat bangkit kembali dengan upaya yang tepat, dengan disertai konsistensi untuk mewujudkan iklim wisata yang beorientasi pada kemanan serta kenyamanan wisatawan.

Tentunya upaya-upaya ini juga harus sejalan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam membangkitkan dunia pariwisata nasional.

Baca juga: Oknum PNS Diadukan ke Polresta Denpasar Karena Dugaan Kasus KDRT

Baca juga: Libur Natal Kemarin, Kunjungan Wisatawan ke GWK Bali Tembus 2.500 Orang

Baca juga: Mulut Asam hingga Nyeri Ulu Hati, Berikut Tanda Kanker Perut yang Harus Diwaspadai

Tari Kecak Garuda Wisnu Kencana

kisah ini diambil dari parwa pertama kitab Mahabarata, tentang pencarian Tirta Amerta hingga masa kelahiran Garuda.

Tirta Amerta disebut sebagai; air kehidupan yang akan memberikan keabadian bagi siapapun yang meminumnya, hingga akhirnya dipegang oleh Dewa Wisnu, Sang Pemelihara Alam Semesta.

Hingga suatu masa, tersebutlah tentang pertaruhan antara Dewi Kadru dan Dewi Winata untuk menebak warna ekor kuda Oncersrawa; kuda putih kesayangan para dewata.

Untuk memenangkan pertaruhan tersebut, Dewi Kadru menjalankan siasat licik dengan mengutus putranya; Sang Naga untuk membuat ekor Oncersrawa menjadi hitam.

Tanpa ragu Garuda setuju untuk membawakan Tirta Amerta sebagai syarat atas kebebasan sang Ibu.

Berbagai rintangan ditempuhnya, dicarinya Tirta Amerta ke nirwana bahkan hingga ke dalam neraka.

Melihat keteguhan dan ketulusan niat Garuda, Dewa Wisnu pun luluh hingga berkenan meminjamkan Tirta Amerta.

Dengan syarat agar kelak setelah sang ibu berhasil dibebaskan, Garuda bersedia mengabdi sebagai tunggangan Dewa Wisnu. Dan demikianlah kisah ini diceritakan.(*)

Berita Badung Lainnya

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved