Berita Bali
Soal RS Internasional, Fraksi Golkar DPRD Bali Desak Pusat Tingkatkan Pelayanan di RS yang Sudah Ada
Ketua Fraksi Golkar DPRD Bali, Wayan Rawan Atmaja mengatakan bahwa secara umum, pihaknya mendukung gagasan pembangunan rumah sakit itu
Penulis: Ragil Armando | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Pembangunan rumah sakit (RS) internasional di Bali oleh pemerintah pusat melalui Kementerian BUMN dikritik oleh Fraksi Golkar DPRD Bali.
Ketua Fraksi Golkar DPRD Bali, Wayan Rawan Atmaja mengatakan bahwa secara umum, pihaknya mendukung gagasan pembangunan rumah sakit itu.
Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pemerintah pusat melakukan pembangunan rumah sakit internasional tersebut.
Salah satunya yakni pemilihan lokasi rumah sakit tersebut di kawasan Sanur dinilai kurang tepat.
Baca juga: Jokowi Groundbreaking RS Internasional Bali, Walikota Denpasar:Dukung Layanan Kesehatan & Pariwisata
Apalagi, menurut pihaknya lokasi rumah sakit tersebut berada di kawasan padat penduduk dan lalu lintas.
Tidak hanya itu, menurut dia pembangunan rumah sakit itu tersebut menurut pihaknya sebenarnya kurang menjadi prioritas utama.
Pasalnya, menurut Fraksi Golkar, sebenarnya Bali sendiri telah memiliki rumah sakit yang memiliki standar internasional yakni Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah dan Rumah Sakit Bali Mandara (RSBM).
“Saya pribadi setuju kalau dibangun RS Internasional, tapi kalau bisa dibangunya jangan memakai tanah-tanah yang produktif,” jelasnya, Selasa 28 Desember 2021.
Rawan bahkan menyarankan bahwa semestinya untuk rumah sakit tersebut dapat dibangun di Bali Selatan, tepatnya di kawasan Bukit Jimbaran -Pecatu.
Apalagi, di kawasan tersebut masih memiliki lahan hutan yang cukup potensial untuk dibangun rumah sakit.
Selain itu, lokasi tersebut juga dekat dengan fasilitas Bandara Ngurah Rai dan kawasan pariwisata lainnya.
“Mungkin bisa mohonkan pada kehutanan dan bisa bangun disana, begitu juga di Sanur sudah ada RSBM. Alangkah baiknya bisa dibangun di Bali selatan memakai tanah kehutan. Disamping itu kawasan pariwisata juga 50 persen lebih ada di selatan, di samping dekat dengan dengan airport,” ujar dia.
Bahkan, dirinya mengusulkan ketimbang membangun rumah sakit, agar RSUP Sanglah lebih dimaksimalkan baik dalam pelayanan medisnya maupun fasilitas pendukungnya.
“Karena sering pasien menunggu antrean sampai berbulan-bulan untuk dapat penanganan (yang dijadwalkan). Termasuk parkir sangat-sangat krodit,” tegasnya.
Baca juga: Groundbreaking RS Internasional Bali, Presiden Jokowi Harap WNI Tak Lagi Berobat ke Luar Negeri
Bahkan, pembangunan RS Internasional sendiri menurutnya merupakan buang-buang uang semata.
Lebih baik, menurut dia uang yang digunakan untuk membangun rumah sakit tersebut dialihkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang sudah ada, seperti RSUP Sanglah dan RS Bali Mandara.
“RS Sanglah diutamakan dulu untuk pelayanan masyarakat kita. RSBM yang ada sekarang sudah bagus dan memadai untuk wisatwan. Ngapain buang-buang uang, pasti tujuannya untuk para wisatawan akan dibangun RS Internasional, dan masyarakat menengah kebawah bagaimana?” tanya dia.
Dengan demikian pihaknya berharap agar RS Sanglah ditata ulang, termasuk parkirnya agar bisa dibuatkan parkir bawah tanah.
“Ditata ulang, mungkin bisa ditingkat dan ke bawah buat parkir kan elok. Stop RS Internasional tidak prioritas,” tegas Rawan Atmaja.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking Rumah Sakit (RS) Internasional Bali yang terletak di Kawasan Wisata Sanur, Kota Denpasar, Provinsi Bali, pada Senin, 27 Desember 2021.
Pembangunan rumah sakit ini diharapkan bakal menjadi salah satu destinasi wisata kesehatan warga negara Indonesia yang selama ini banyak berobat ke luar negeri.
"Alhamdulillah pada pagi hari ini kita akan memulai pembangunan Rumah Sakit Bali International Hospital yang ini nantinya akan bekerja sama dengan Mayo Clinic dari Amerika. Kita harapkan nanti Sanur ini menjadi KEK kesehatan dan kita harapkan tidak ada lagi, kalau ini jadi, tidak ada lagi rakyat kita, masyarakat kita yang pergi ke luar negeri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan," ujarnya dalam sambutannya.
Jokowi menyebutkan bahwa selama ini sebanyak dua juta masyarakat Indonesia setiap tahunnya pergi ke luar negeri untuk berobat.
Menurut Jokowi, sejumlah negara menjadi tujuan berobat para warga negara Indonesia, seperti Singapura, Malaysia, Jepang, Amerika Serikat, dan tempat-tempat lainnya.
Baca juga: BREAKING NEWS: Presiden Jokowi ke Bali, Hadiri Groundbreaking RS Internasional & Tinjau Pameran IKM
"Kita kehilangan Rp97 triliun karena itu," imbuhnya.
Jokowi pun mengapresiasi rencana pembangunan Rumah Sakit Internasional Bali yang telah digagas oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) beserta jajarannya tersebut.
Bahkan, ia juga berharap Bali akan menjadi destinasi wisata kesehatan yang nantinya akan meningkatkan wisatawan ke Pulau Bali.
"Saya sangat mengapresiasi, menghargai dan kita harapkan nanti di pertengahan 2023 rumah sakit ini sudah selesai dan bisa operasional," ungkapnya.
Tidak hanya itu, ia juga ingin agar obat-obatan, bahan baku obat, hingga alat-alat kesehatan tidak lagi impor dari luar negeri.
"Kita harus berhenti untuk mengimpor barang-barang itu lagi dan kita lakukan, kita produksi sendiri di negara kita," tandasnya.
Di sisi lain, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, pembangunan Bali Internasional Hospital bertujuan untuk menyelamatkan devisa negara yang keluar sangat banyak.
"Hampir 2 juta masyarakat Indonesia berobat ke luar negeri, dan ini tentu devisanya keluar sangat banyak," kata dia.
Erick menjelaskan, selain melakukan konsolidasi agar standar Bali Internasional Hospital tinggi, pihaknya juga memastikan akan ada kesinambungan antara pariwisata dan layanan kesehatan di Bali.
"Dan juga yang tidak kalah penting mendukung menteri investasi, menteri perdagangan, menteri industri, dan pak Menko. Karena investasi itu artinya juga meraka ingin memastikan kesehatan meraka terjamin. Standar kesehatan internasional untuk para pekerjanya atau pun para profesional yang ada di Indonesia," kata dia.
"Karana itu penting sekali daripada platform daripada kesehatan ini kita bangun di Bali," tuturnya. (*)
Artikel lainnya di Berita Bali