Kemenkes Catat Ada 254 Kasus Omicron di Indonesia, Ini Gejala yang Paling Banyak Dikeluhkan

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, ada tambahan 92 kasus konfirmasi baru Omicron pada 4 Januari 2021.

Editor: Karsiani Putri
istimewa
Ilustrasi 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Kasus Covid-19 varian Omicron makin menyebar di Indonesia.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, ada tambahan 92 kasus konfirmasi baru Omicron pada 4 Januari 2022.

Kini total kasus Omicron menjadi 254 kasus, terdiri dari 239 kasus dari pelaku perjalanan internasional (imported case) dan 15 kasus transmisi lokal.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan, penambahan kasus konfirmasi Omicron di Indonesia masih didominasi oleh WNI yang baru kembali dari perjalanan luar negeri.  

“Mayoritas (penularan) masih didominasi pelaku perjalanan luar negeri. Dari hasil pemantauan, sebagian besar kondisinya ringan dan tanpa gejala. Gejala paling banyak adalah batuk (49%) dan pilek (27%),” kata Nadia dalam keterangan tertulis, Selasa, 4 Januari 2022. 

Seperti yang kita tahu, Omicron memiliki tingkat penularan yang jauh lebih cepat dibandingkan varian Delta.

Sejak ditemukan pertama kali pada 24 November 2021 di Afrika Selatan, kini Omicron telah terdeteksi di lebih dari 110 negara dan diperkirakan akan terus meluas.

Di level nasional, pergerakan Omicron juga terus meningkat sejak pertama kali dikonfirmasi pada 16 Desember 2021.

Baca juga: Fakta-fakta Mengenai Vaksinasi Booster, Mulai Dari Target Sasaran Hingga Stok Vaksin

Sebagai bentuk kesiapsiagaan pemerintah dalam mencegah serta mengendalikan penularan varian Omicron.

Kementerian Kesehatan menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.01/MENKES/1391/2021 tentang Pencegahan dan Pengendalian Kasus COVID-19 Varian Omicron (B.1.1.529) yang ditandatangani Menteri Kesehatan pada 30 Desember 2021.

Terbitnya aturan ini untuk memperkuat sinergisme antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, SDM Kesehatan dan para pemangku kepentingan lainnya sekaligus menyamakan persepsi dalam penatalaksanaaan pasien konfirmasi positif COVID-19.

Selain itu, Kemenkes juga mendorong daerah untuk memperkuat kegiatan 3T (Testing, Tracing, Treatment), aktif melakukan pemantauan apabila ditemukan cluster-cluster baru COVID-19 dan segera melaporkan dan berkoordinasi dengan pusat apabila ditemukan kasus konfirmasi Omicron di wilayahnya.

Baca juga: Manajemen Vila Sebut Sudah Prokes, Pasien Terpapar Omicron Setelah Liburan dari Bali

Baca juga: Warga Surabaya Terpapar Omicron Setelah dari Bali, Dandim Badung:Belum Dapat Dipastikan Penularannya

“Poin utama dari aturan ini untuk memperkuat koordinasi pusat dan daerah serta fasyankes dalam menghadapi ancaman penularan Omicron. Mengingat dalam beberapa waktu terakhir kasus transmisi lokal terus meningkat. Karenanya kesiapan daerah dalam merespons penyebaran Omicron sangat penting agar tidak menimbulkan cluster baru penularan COVID-19,” tutur Nadia.

Baca juga: Fakta-fakta Mengenai Vaksinasi Booster, Mulai Dari Target Sasaran Hingga Stok Vaksin

Selain kesiapan dari segi sarana dan prasarana kesehatan, Nadia kembali menekankan bahwa kewaspadaan individu harus terus ditingkatkan untuk menghindari potensi penularan Omicron.

Protokol kesehatan 5M dan vaksinasi harus berjalan beriringan sebagai kunci untuk melindungi diri dan orang sekitar dari penularan Omicron.

(*)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Sudah Ada 254 Kasus Omicron di Indonesia, Ini Gejala yang Paling Banyak Dikeluhkan

Sumber: Kontan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved