Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang

TERKINI KASUS SUBANG: Sketsa Wajah Pelaku Dinilai Butuhkah Fakta Ini, Polisi Tak Gubris Soal Ini

Menurut Kriminolog Universitas Indonesia, Prof Adrianus Meliala mengatakan bila sketsa yang telah dirilis harus membutuhkan bukti pendukung.

Penulis: I Putu Juniadhy Eka Putra | Editor: Noviana Windri
Kolase TribunJabar.id
Penampakan pembunuh Ibu dan Anak di Subang dirilis Polda Jabar, Rabu, 29 Desember 2021. 

TRIBUN-BALI.COM, SUBANG – Kasus pembunuhan Ibu dan Anak di Subang hingga kini belum menemukan titik terang.

Memasuki hari ke-141 pada Rabu, 5 Januari 2022, Polisi belum berhasil menemukan dalang dibalik kasus yang menewaskan Tuti Suhartini (55) dan Amalia Mustika Ratu (24).

Meskipun sketsa wajah terduga pelaku Kasus Subang telah dirilis, namun hal tersebut belum mengungkap pelaku sebenarnya.

Menurut Kriminolog Universitas Indonesia, Prof Adrianus Meliala mengatakan bila sketsa yang telah dirilis Polda Jabar harus membutuhkan bukti pendukung lainnya.

Adapun bukti tersebut antara lain, gerakan tubuh pelaku, pakaian yang sering digunakan oleh pelaku.

Baca juga: TERKINI KASUS SUBANG: Ulasan Perbandingan Danu dan Sketsa Pelaku, Ada yang Segera Ditahan?

Baca juga: Ambruk Jelang Ngaben Masal, Bendesa Bakas Harap Wantilan Setra Desa Bakas Klungkung Segera Ditangani

"Ceritanya akan jadi lain, kalau polisi beranggapan cukup, lalu sketsa itu diterima jaksa. Karena pada saatnya jaksa yang akan berjuang meyakinkan hakim bahwa dialah dia,” ujarnya dikutip Tribun-Bali.com dari Kanal YouTube Kompas TV dalam tayangan Aiman pada Rabu, 5 Januari 2022 lewat Surya.co.id dalam artikel berjudul TERBARU KASUS SUBANG, Pembunuh Tak Harus Orang Profesional, Kriminolog UI Uraikan Kelemahan Polisi.

“Selagi tidak ada fakta tambahan. maka jaksa akan mengembalikan berkas tersebut itu," sambunggnya

Disinggung apakah pembunuhan ini dilakukan profesional dengan perencanaan yang matang atau tidak? Prof Adrianus berpendapat bisa dua-duanya.

Pendapat ini beralasan karena tersedia waktu yang cukup bagi pembunuh untuk menghilangkan jejak.

"Kalau pembunuhan ini dimulai pada saat Amel terakhir berkomunikasi sekitar pukul 11.00 malam, dan ditemukan jam 05.00,  maka 7 jam bisa terjadi," katanya.

Ada Fakta Yang Belum Diungkap Polisi

Lebih lanjut, Prof Adrianus Meliala mengatakan jika jasad korban yang diletakkan di dalam mobil Alphard, selama ini fakta itu tidak pernah ditegakkan polisi.

"Ketika jenazah dimasukkan di kendaraan, maksudnya mau dilarikan, atau sempat berpikir tapi berubah, atau pengalih saja? itu tidak dijelaskan polisi," ungkapya.

Terkait jejak pelaku, menurutnya, apakah jejak itu sudah ada atau dapat dibersihkan. Itu yang menarik menurutnya.

Artinya pembunuh ini sudah tahu cara menghilangkan jejak? Menurut Adrianus, untuk menghilangkan jejak itu tidak harus orang yang profesional.

"Karena orang yang terencana tidak perlu profesional. Tapi, orang profesional pasti terencana," katanya.

Adrianus lalu membeber kelemahan dalam penyelidikan kasus ini. Pertama, hasil pemeriksaan forensik oleh dokter yang dilakukan kurang tepat. Lalu, olah TKP rumah yang menurut dia jorok.

"Pada yang kedua ini, common situation atau sering terjadi,  apalagi di satuan-satuan wilayah bukan perkotaan, dimana jarang mengalami kasus besar. Dimana tidak terlatih anggotanya. Semua orang ingin berkontribusi, berbuat baik. Tapi mengacaukan TKP, merusak TKP. sehingga ada jejak-jejak kaki. ada hal-hal yang seharusnya diperhatikan malah tidak diperhatikan," katanya.

Baca juga: TERKINI KASUS SUBANG: Danu Ketakutan Lihat Sketsa Wajah, Pengacara Siapkan Senjata Rahasia

Baca juga: Ternyata Tidak Sulit, Inilah Rahasia Menjaga Kesehatan Ginjal

Baca juga: 5 Cara Menghilangkan Komedo Putih Secara Alami, Bisa Bikin Sendiri di Rumah

 

Menurut Adrianus, situasi sekarang makin sulit karena ada kemungkinan saksi kasus ini mengarang cerita.

Hal ini bisa dimungkinkan ketika saksi diperiksa berkali-kali, namun pertanyaannya tidak direncanakan matang, 

"Orang yang kita duga pelaku, berkali-kali diperiksa tanpa ada perencanaan apa yang mau ditanyakan, maka dia tidak akan menjawab berbasis apa yang diketahui, tapi dia sudah make up story, dia mengarang cerita," katanya.

Jika polisi ini akan terus memeriksa saksi berulang kali, menurut Adrianus polisi justru tidak akan menemukan fakta baru, melainkan opini-opini baru.

"Kalau orang-orang ini orang-orang kunci, maka dia akan mengarang skenario yang membuat jauh dari nya," katanya.

Drama Kasus Subang

Kuasa hukum Yoris dan Yosef mengatakan bila sketsa yang telah dirilis Polda Jabar mengacu pada Muhammad Ramdanu alias Danu.

"Saya berpendapat bahwa sketsa wajah terduga pelaku yang dirilis Polda Jabar ada saksi yang cocok dari saksi yang diperiksa berlarut-larut serta yang memberikan keterangan yang berubah-ubah," ucap Rohman kepada TribunJabar.id belum lama ini.

Atas pernyataan tersebut pun membuat Danu merasa tersudutkan.

Baca juga: TERBARU KASUS SUBANG: Danu Tak Akan Kembali Bekerja Bersama Yoris, Dituduh Mirip Pelaku Subang

Baca juga: PROMO BURGER KING Rabu 5 Januari 2022, Buy 1 Get 1

 

"Jadi begini, saya berpendapat berdasarkan fakta-fakta yang ada kemudian saksi-saksi yang berada disekitar saya melihat identifikasi sketsa itu yang disampaikan oleh Polda saya meyakini itu sudah berhubungan dengan saksi-saksi," katanya.

Dilansir Tribun-Bali.com dari Surya.co.id pada Senin, 3 Januari 2021 dalam artikel berjudul 'DEMI ALLAH', Sumpah Danu setelah Disudutkan Pengacara Yosef dan Yoris, Berikut Update Kasus Subang, pernyataan Rohman ini langsung terarah ke Danu, mengingat selama ini Danu lah yang paling sering diperiksa dalam kasus ini.

Danu Sempat Merasa Down

Achmad Taufan Soedirjo mengakui, Danu sempat down ketika Yoris mencabut kuasanya.

"Malamnya telpons saya mencurahkan isi hatinya. Dia menangis tersedu-sedu sama saya," katanya.

Menurut Taufan, kejadian Danu terpukul setelah Yoris mencabut kuasa bukan karena dia merasa kesepian, tapi dia merasa tidak enak kepada Taufan dan tim yang telah membantunya cuma-cuma.

"Ternyata Danu punya etika yang luar biasa. Perasaan Danu pada saat kami kuasa hukum mearsa didzolimi, hati Danu tergerak. Dia berkali-kali meminta maaf kepada saya. Pada malam itu saya sampaikan ke Danu, ini kejadian biasa, tapi Allah yang mengatur," terang Taufan.

Menurut Taufan, dengan keluarnya Yoris, dia justru semakin bisa lebih konsentrasi mengawal Danu sampai kasusnya selesai.

"Bahkan kami akan emngawal Danu sampai menjadi sukses. Saya kepengen Danu punya kemandirian dan punya kegiatan yang bisa membanggakan orangtua karena tekat hidup Danu luar biasa," ungkap Taufan.

Terkait pernyataan Rohman yang menyudutkan Danu, Taufan menyerukan untuk tidak membuat drama dalam kasus ini.

"Kang Rohman seakan-akan menuduh klien saya. Polda sudah menyampaikan tentang sketsa dan mempunyai ciri-ciri. Kalau Danu dari awal disinyalir melakukan hal ini, sangat mudah polda untuk menetapkan Danu sebagai tersangka, sangat mudah polda untuk segera menangkap Danu," urai Taufan.

Menurut Taufan, statemen Rohman itu bukan pernyataan seseorang yang memiliki kepribadian yang baik.

"Bukan statement seorang pengacara yang bisa menjaga situasi dan profesionalisme sebagai advokat. Karena status danu masih saksi," sindirnya.

Taufan pun mengingatkan kepada Yosef, Yoris dan tim kuasa hukumnya untuk bisa sama-sama kita menahan diri.

"Jangan sampai menyampaikan statement yang menuduh ke orang lain. Saya tidak menuduh pak yosef dan yoris. Kami hanya berpedoman keterangan dan bukti-bukti yang disampaikan ke kepolisian," tegasnya.

(*)

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved